Model Organisasi

Model organisasi yang berhasil diidentifikasi peneliti dari hasil penelitian juga ada tiga macam, yaitu The Partner Model, The Platform Model, dan The Scalable Model. The Partner Model bertujuan untuk menjamin fungsi/unit TI sebagai partisipan aktif dan langsung dalam kolaborasinya dengan eksekutif bisnis untuk mewujudkan inovasi bisnis melalui TI. The Platform Model bertujuan untuk menjamin agar fungsi/unit TI menyediakan aset, pelayanan, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk kemunculan inovasi bisnis dalam organisasi. The Scalable Model bertujuan untuk memaksimalkan fleksibilitas sumberdaya manusia orgnanisasi, sehingga mendukung perkembangan fungsi TI seiring dengan kebutuhan bisnis. Pada Partner Model, TI merupakan katalis bagi inovasi di organisasi. Model ini terfokus pada innovation network (dari prinsip kedua) dan tiga proses pembentukan nilai, yaitu value innovation, relationship management, dan financial management (dari prinsip ketiga). Model ini sesuai dengan organisasi yang ingin meningkatkan inovasi bisnis melalui TI, namun eksekutif bisnis organisasi tersebut kurang memahami TI. Model ini juga cocok pada organisasi yang memiliki banyak divisi yang beroperasi dalam proses bisnis yang berhubungan dan membutuhkan sinergi antra divisi melalui inovasi berbasi TI (misalnya dalam CRM, SCM, dan penawaran produk dan jasa antar divisi), dan organisasi yang memiliki kepemimpinan TI yang kuat serta kredibel. Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi pada Partner Model:

Gambar 2. The Partner Model

Pada Platform Model, TI tidak diharapkan untuk aktif berkolaborasi dalam inovasi bisnis. Dalam model ini prinsip ko-evolusi terjadi melalui tindakan para account manager. Para account manager berkolaborasi dengan eksekutif unit bisnis dalam mengarahkan kemampuan TI kepada pengembangan kemampuan unit bisnis dan mengidentifikasi kemampuan TI yang diperlukan untuk kesempatan bisnis yang akan datang. Model ini menggunakan ketiga prinsip yang dijelaskan sebelumnya. Pertama adalah prinsip ko-evolusi, dimana account manager dan eksekutif perusahaan bertanggung jawab terhadap ko-evolusi bisnis dan kemampuan TI. Prinsip yang kedua adalah partnership networks, dimana model ini fokus kepada sourcing dan innovation networks. Innovation network dibangun melalui interaksi antara account manager dan eksekutif perusahaan. Prinsip ketiga adalah value-creating processes, yaitu dengan mengelola proses manajemen infrastruktur, delivery solusi, services provisioning, manajemen finansial, perencanaan strategis, dan human capital management. Model ini cocok untuk organisasi di mana TI diharapkan menyediakan infrastruktur dan alat untuk memungkinkan munculnya inovasi bisnis. Fungsi TI diharapkan unggul dalam hal infrastruktur dan pelayanan, serta cepat menghasilkan solusi TI. Model ini paling tepat untuk perusahaan besar dan global dengan berbagai jalur bisnis yang berbeda, di mana setiap unit memiliki kebutuhan inovasi TI yang unik. Model ini juga tepat untuk perusahaan dengan eksekutif bisnis yang memahami TI. Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi pada Platform Model:

Gambar 3. The Platform Model

Sedangkan Scalable Model cocok ketika TI dipandang sebagai elemen penting dari inovasi bisnis, dan strategi perusahaan dibangun sekitar fleksibilitas. Model ini dirancang untuk memungkinkan staffing yang fleksibel dan menekankan kemampuan fungsi TI untuk menyesuaikan perkembangan bisnis. Model ini juga menggunakan ketiga prinsip untuk mengelola fungsi TI organisasi. Prinsip pertama adalah ko-evolusi, dimana senior IT executive perusahaan ditugaskan pada bidang proses, bisnis, dan geografis, serta bertanggung jawab terhadap aktivitas TI pada area masing-masing. Struktur ini memfasilitasi proses ko-evolusi dengan memungkinkan kemampuan bisnis perusahaan dibentuk melalui kemampuan TI, sementara investasi TI dipengaruhi oleh kebutuhan unit bisnis. Prinsip kedua adalah relationship networks, dimana delivery solusi diatur melalui hubungan dengan external partner. Sedangkan untuk prinsip ketiga, yaitu value-creating processes, proses pembentukan nilai perusahaan diatur secara terpisah, terkadang dengan bantuan external partner. Proses service provisioning diatur oleh unit yang berada dalam unit TI perusahaan. Proses pengelolaan human capital dibangun dengan penambahan kemampuan yang difokuskan pada skill TI. Model scalable memungkinkan perusahaan pada industri yang sifatnya siklik atau musiman untuk memperoleh fleksibilitas yang lebih baik. Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi pada Scalable Model:

Gambar 4. The Scalable Model

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Suatu pendekatan yang penting untuk meningkatkan suatu kapasitas adaptasi dari sebuah organisasi dan dengan  terus menerus meningkatnya kemungkinan probability  sukses secara menyeluruh dalam menerapkan suatu proyek adalah perhatian yang seksama kepada empat (4) strategis area yang dibahas.

Ketika suatu organisasi meluncurkan suatu inisiatif yang strategis, [itu] [perlu] bantalan kedua-duanya individu dan gaya pegas regu [di mana/jika] diperlukan. ke dua dan individu ini regu harus bersenjata dengan suatu yayasan/pondasi kuat di (dalam) pengetahuan perubahan sedemikian sehingga mereka dapat lebih baik memahami dan mengatur dinamika perubahan sekali ketika implementasi mulai

ketiga Karyawan ini baseline kapasitas adaptasi [yang] baru memperoleh melalui/sampai dan gaya pegas [yang] ditingkatkan mereka pelajaran harus digambar/ditarik [atas/ketika] dengan bijaksana. Manajemen senior harus membuat keputusan saksama tentang perubahan [itu] merencanakan untuk memulai dengan selalu mempertimbangkan permintaan [itu] pada [atas] karyawan perlu untuk bersenjata dengan suatu metodologi menyeluruh untuk proyek implementation

Tak peduli bagaimana siap;kan suatu organisasi mungkin (adalah) dalam kaitan dengan pendidikan pelatihan dan pengambilan keputusan implementasi lemah/miskin akan dengan cepat mengenakan pajak bahkan untuk tingkat tinggi kapasitas

Kita akan sekarang berbalik . ke yang taktis ris area berhubungan dengan perubahan. Area ini adalah sepenting seperti yang strategis, tetapi memusatkan lebih pada detil melibatkan menerapkan suatu proyek spesifik

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Latar Belakang

Peran Pendidikan di era globalisasi seperti sekarang ini sangatlah penting.dan persaingan dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi dewasa ini semakin berat. Setiap perguruan tinggi dituntut untuk memiliki suatu nilai tambah untuk bisa memenangkan persaingan dengan perguruan tinggi lain. Salah satu nilai tambah itu adalah dengan memberikan kepuasan kepada Mahasiswa dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan disegala bidang. Salah satu cara peningkatan kualitas itu adalah mengganti layananan administrasi dari manual menjadi online

Karena dengan cara manual dirasakan mempunyai banyak kelemahan sehingga menjadi kelemahan dari perguruan tinggi dalam usaha meningkatkan kepuasaan mahasiswanya. Diharapkan Binusmaya ini memberikan kontribusi kepada  Mahasiswa sesuai dengan harapan.

Sejarah

Universitas Bina Nusantara pada awalnya berasal dari sebuah institusi pelatihan komputer Modern Computer Course yang didirikan pada 21 Oktober 1974. Seiring dengan perkembangan, Modern Computer Course kemudian berkembang menjadi Akademi Teknik Komputer (ATK) pada 1 Juli 1981. Akademi ini menawarkan pendidikan manajemen informatika dan teknik informatika. Tiga tahun kemudian pada 13 Juli 1984 ATK mendapatkan status terdaftar dan berubah menjadi AMIK Jakarta. Pada 1 Juli 1985, AMIK membuka kursus di bidang komputerisasi akuntansi. AMIK mulai menggunakan nama Bina Nusantara pada 21 September 1985.

AMIK mendapatkan penghargaan akademi komputer terbaik dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 17 Maret 1986. AMIK Bina Nusantara kemudian membentuk STMIK (Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer) Bina Nusantara pada 1 Juli 1986. Institusi ini kemudian menawarkan program studi sarjana (S1) di bidang manajemen informatika dan teknik informatika.

Pada 9 November 1987 AMIK Bina Nusantara bergabung dengan STMIK Bina Nusantara membentuk satu institusi pendidikan yang menawarkan program studi diploma (D3) dan strata 1 (S1). STMIK Bina Nusantara memperoleh status disamakan untuk semua program studi pada 18 Maret 1992. STMIK Bina Nusantara kemudian membuka program studi pascasarjana manajemen sistem informasi, pertama di Indonesia pada 10 Mei 1993.

Universitas Bina Nusantara kemudian didirikan pada 8 Agustus 1996. STMIK Bina Nusantara kemudian bergabung dengan Universitas Bina Nusantara pada 20 Desember 1998.

Pendiri

Bina Nusantara didirikan oleh:

Ruang Lingkup

Penerapan sistem mutu ISO 90001 didalam peningkatan kualitas Layanan admintrasi dari manual menjadi online hanya di berkaitan dengan proses disain kurikullum, materi kuliah dan operasional perkuliahan, pengajaran dan penelitian pada program pendidikan D3,S1, dan S2

Ciri – ciri Binusian

©       Memiliki kematangan emosional dan intelektual

©       Mampu memanfaatkan Teknologi Informasi dalam menjalankan tugas dan baktinya

©       Kreatif, komunikatif dan siap memimpin perubahan bila dipandang perlu

©       Siap berkompetisi secara global

©       Memiliki budaya mutu, nilai – nilai dan ethos kerja Binusian

©       Memiliki Learning Habbit

Sebagai Binusian yang Smart and Good kita harus menunjukkan kompetensi dan kepribadian melalui prilaku yang baik, memiliki jati diri dan mampu memilih yang baik dalam lingkungan yang beraneka alternative serta dapat beradaptasi dalam kehidupan yang beragam dan cepat berubah untuk menjadi warga dunia yang penuh dengan tanggung jawab

Budaya Mutu Binusian

©       Percaya pada Tuhan Yang Maha Esa (Trust in God),

suatu keyakinan bahwa Tuhan senantiasa akan menjaga dan mendampingi kita dalam suka dan duka sehingga kita perlu selalu bersyukur pada Nya.

©       Perbaikan menerus (Continuous Improvement)

suatu usaha tiada henti untuk membuat hari esok lebih baik dari hari ini maupun kemarin. Sebuah semangat pantang menyerah bila menghadapi hambatan atau kegagalan

©       Penggunaan tolak ukur atau panutan (Benchmarking)

suatu usaha siap belajar terus dari orang atau organisasi lain yang dianggap lebih baik sebuah usaha untuk siap mengamati belajar serta mencoba termasuk berani bertanya dan mendengarkan apa yang perlu dilakukan serta senantiasa mencari peluang yang ada

©       Ketuntasan (Sense of closure)

suatu usaha yang tekun dan konsisten yang berani mengakhiri rencana yang sudah diputuskan karena ini merupakan kunci tercapainya sukses

©       Kekeluargaan dan kebersamaan (Sense of belonging)

suatu usaha untuk bekerjasama serta berkomunikasi dengan orang lain melalui kerjasama team (teamwork)

Nilai – nilai Binusian

Semangat dan jiwa Binusian akan seiring dan sejalan dengan perilaku yang bernafaskan kepada nilai nilai

Konsisten dan komitmen

Bentuk perilaku yang senantiasa setia pada janji dan rencana yang telah diputuskan

Egaliter

Bentuk perilaku yang menunjukkan sikap rendah hati dan tidak menyombongkan diri atas jabatan atau posisi yang telah dicapai

Jujur

Bentuk perilaku yang berani mengakui kesalahan, berani mengatakan yang sebenarnya termasuk dapat mengakui dan menghormati hak serta milik orang lain

Terbuka

Suatu semangat untuk memberitahu secara logical dan rasional tentang informasi yang dibutuhkan apa adanya tergantung hak dan wewenangnya dengan tetap berusaha menjaga keseimbangan yang ada antara lain pertimbangan yang perlu dilakukan dengan memperhatikan tempat waktu dan lingkungan serta kondisi dari pihak yang diajak bicara, kode etik profesi/etika moral/etika social serta kematangan/kedewasaan penerima informasi. Dasar dari keterbukaan adalah bertanggung jawab, mempunyai niat positif dan tidak menyulitkan pihak lain, membela kepentingan yang lebih besar.

Adil

Suatu semangat untuk berusaha memperlakukan pihak lain secara sama, tanpa membeda‐bedakan jenis kelamin, ras, agama, umur dan sebagainya. Dimana penerapannya perlu didekati dengan berpedoman pada hati nurani.

Peduli

Suatu nilai yang dikembangkan terkait dengan budaya mutu “Sense of Belonging”, rasa memiliki termasuk rasa satu keluarga. Suatu tekad untuk siap membantu dimana perlu meskipun tidak diminta atau bukan kewajibannya.

Berani dan bertanggung jawab

Dua kata yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk tidak diartikan lain. Kata Berani saja dapat diartikan sebagai berani yang bisa sewenang‐wenang. Berani & bertanggung jawab, adalah semangat untuk berani membela kebenaran, sekalipun dirinya mendapat ancaman.

Ethos Kerja Binusian

Semangat Budaya Mutu dan nilai nilai hendaknya juga sejalan dan lahir melalui pelaksanaan Ethos kerja Binusian yaitu

©       Memberi teladan dan komitmen

©       Saling menghormati dan menghargai

©       Berkomunikasi dengan baik

©       Memberikan nilai apa adanya

©       Melakukan perubahan yang lebih baik

©       Belajar terus menerus Continuous learning

Semboyan Universitas Bina Nusantara

“Membangun masa depan bangsa melalui Ilmu Pengetahuan dan teknologi”

Arti nama Bina Nusantara

Meningkatkan Sumber Daya Manusia diseluruh wilayah Nusantara

Universitas Bina Nusantara  melambangkan visi misi untuk menajdi Perguruan Tinggi yang siap berkompetisi dan beradaptasi terhadap perubahan global

Visi

“A world-class university in continuous pursuit of innovation and enterprise”

World Class

Graduates of UBINUS will be accepted in the global market and environment through the highest level of education excellence encompassing teaching, learning and applied research·

Knowledge Institution

A university characterized by the utilization of evolving knowledge to create economic value through its distinctive competence

Innovation

The economically successful introduction and application of new and existing scientific knowledge and teaching-learning process for practical purposes in order to create superior stakeholder value

Enterprise

Innovative business practices relating to an individual or organization’s capability to drive positive changes in the global market and environment

Misi

Commits to deliver excellence in education and research for the global community by Providing a learning experience that encourages and rewards innovation

Applying an international standard teaching learning process and environment

Life long globally oriented journesy through student centered learning

Vibrant learning environment that places greater emphasis on development intellectual curiosity,

exploration and the spirit of enterprise

Superior academic quality that inspires, challenges, and develops skills & values that enables stakeholders to reach their fullest potential

Excellent and unparalleled service at every touch point

Creating high impact applied knowledge

Constructive contribution and effective dissemination to the universal body of knowledge that is relevant to stakeholders current needs & emerging trends in line with the spirit of entreprise

Pursuing a positive contribution to the quality of life

Achieving success through the betterment of peoples lives by discovering potential and developing high ethical values

Contributing to outstanding leadership

Becoming a role-model university in the creation of new opportunities

Moving towards the future by influencing others to reach shared purposes

Leading corporate entrepreneurship

Innovative and successful creation of business opportunities to enchance competitive advantage and strategic renewal

Sertifikasi

Sertifikasi ISO 9001 BINUS UNIVERSITY juga menerapkan metode pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa, pengembangan kurikulum internasional dengan mitra internasional dan industri, serta terus mengukur dan meningkatkan kualitas. Tak heran pada 17 November 1997, BINUS UNIVERSITY meraih Sertifikat ISO 9001, yakni pengakuan dasar dari mutu internasional, karena kontribusi dan penerapan Sistem Manajemen Kualitas pada perancangan kurikulum dan materi perkuliahan, proses perkuliahan, pengajaran, dan penelitian. Sistem Manajemen Kualitas ini sukses ditingkatkan menjadi ISO 9001:2000 pada 13 November 2001. Dengan begitu, BINUS UNIVERSITY adalah universitas pertama di Indonesia yang meraih Sertifikasi ISO 9001.

Implementasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000

Rencana merupakan jembatan penghubung antara posisi kita sekarang dengan posisi keadaan yang kita inginkan. Melalui perencanaan manajemen mengkoordinasikan upaya mempersiapkan perubahan dan mengelola perkembangan.

Perencanan yang baik melibatkan seni membuat hal yang sulit menajdi sederhana sehingga dapat mewujudkan segala sesuatu menjadi mungkin.

Tahap yang harus dilalui dalam penerapan sistem mutu ISO 9000 :

  1. 1. Persiapan

Langkah pertama yang perlu dilakukan bagi sebuah institusi yang ingin menerapkan sistem mutu adalah mendapatkan komitmen dari pimpinan puncak. Setelah itu ditentukan seberapa luas penerapan tersebut akan dilaksanakan. Jika penerapan akan dilanjutkan sampai pada pengajuan sertifikat ISO 9001 akan mempengaruhi biaya dan jangka waktu yang akan dilaksanakan

  1. 2. Pendokumentasian

Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang dan paling menyita waktu, terutama dalam menyusun manual mutu, prosedur sistem (yang lebih disering disebut prosedur tetap atau Standar Operation Procedure (SOP) dan instruksi kerja serta dokumen lainnya. Sebelum tim mulai menuliskan sesuatu perlu diberikan pelatihan penulisan dokumen sistem mutu. Dengan bekal pengetahuan dari pelatihan tersebut.

Tim mulai mendata proses mana saja yang termasuk dalam lingkup ISO dan bagaimana kelengkapan dokumentasi proses tersebut dibandingkan dengan standar ISO. Penulisan dokumen sistem mutu dimulai dari penulisan manual mutu hingga formulir. Segera setelah kebijakan mutu ditetapkan perlu disebarluaskan ke seluruh personil di perguruan tingii yang bersangkutan. Penulisan tiap SOP sebaiknya disusun oleh orang orang yang terlihat langsung dalam proses tersebut.

  1. 3. Implementasi dan evaluasi

Setelah dokumen sistem mutu selesai dibuat, selanjutnya adalah penerapan dalam aktivitas kerja sehari hari. Agar tidak terjadi kesimpang siuran SOP hendaknya diajarkan kepada setiap personil melalui kepada bagian masing masing. Sebelum prosedur sistem mutu tersebut ditetapkan. Yang perlu ditekankan adalah bahwa mutu tidak dapat diinspeksi dari produk akhirnya saja melainkan harus dibangun dengan benar dari awal proses.

Penerapan sistem mutu ini perlu dievaluasi secara bertahap untuk dilakukan perbaikan perbaikan demi kesempurnaan sistem

  1. 4. Perbaikan dan penyempurnaan

Hasil evaluasi yang dilakukan selama implementasi sistem mutu akan selalu menjadi masukkan untuk perbaikan dan tindakan pencegahan.

  1. 5. Sertifikasi

Mulai dengan memilih badan sertifikasi, biasanya dilakukan dengan bantuan konsultan. Setelah itu dilanjutkan dengan pengiriman dokumen (manual mutu dan prosedur sistem mutu untuk dilakukan pemeriksaan awal. Apabila penilaian awal ini lulus maka akan dilanjutkan dengan penilaian lapangan.

Dari hasil penilaian ini. Badan sertifikasi akan memutuskan apakah hasil audit layak atau tidak untuk direkomendasikan mendapatkan sertifikat ISO 9001 yang menyatakan bahwa sistem manajemen mutu yang diterapkan oleh institusi tersebut telah disetujui oleh badan sertifikasi sesuai dengan standar sistem manajemen mutu ISO 9001 yang berlaku.

Definisi Quality Assurance

Menurut Kaoru Ishikawa : QA ialah kegiatan untuk memastikan mutu dalam suatu produk sehingga pelanggan dapat membelinya dengan keyakinan dan kepuasan.

Menurut ISO 8402 : QA ialah semua kegiatan yang terencana dan sistematis yang diterapkan didalam sistem mutu dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, untuk memberikan keyakinan yang cukup bahwa perusahaan akan memenuhi persyaratan mutu.Satu hal yang perlu dipertimbangkan yakni “Jangan meng-eliminir Inspection” karena Inspection adalah salah satu cara untuk memastikan produk. Untuk memastikan produk memang tidak hanya dengan Inspection saja, masih ada cara lainnya yakni : Process Control Oriented dan Product Development Oriented. Tergantung dari karakteristik produk masing-masing untuk menentukan cara mana yang paling efektif. Pemastian Mutu (Quality Assurance) terdapat di dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pemahaman persyaratan pelanggan

2. Penentuan proses penting

3. Penentuan sistem mutu

4. Dokumentasi sistem mutu

5. Pelaksanaan dalam praktek

6. Pengendalian proses

7. Pelatihan

8. Pelaksanaan evaluasi

9. Perbaikan dan pencegahan

Setiap produk dengan dimensi mutunya dihasilkan oleh berbagai macam proses, maksudnya setiap proses akan menghasilkan bagian dari produk jadi, setiap proses membutuhkan masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output). Keberhasilan proses diukur dari seberapa jauh mana output dari proses tersebut memenuhi konsistensi dimensi mutunya.

Bila kita amati produk dan proses-proses di perusahaan, kita akan menjumpai bahwa tidak ada dua buah produk ataupun proses yang sama (100%). Umumnya kita selalu akan menjumpai perbedaan. Semakin kecil perbedaan, prosesnya semakin konsisten. Beberapa variabel yang menghasilkan perbedaan secara garis besar dikategorikan kedalam faktor 4M +1E, yakni : Manusia, Mesin (alat), Material dan Metode serta Environtmental (lingkungan).
Folosofi dasar di Industri khususnya Industri Manufaktur yakni : “the next process is our customer”. Jadi proses ke-2 adalah pelanggan dari proses ke-1 dan proses ke-3 adalah pelanggan dari proses ke-2.

Agar suatu proses dapat memberikan kepuasan kepada proses berikutnya, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain

:
1. Memahami persyaratan proses berikutnya.

2. Jangan memproduksi ketidaksesuaian (non conformance)

3. Jangan mengirim ketidaksesuaian (non conformance) ke proses berikutnya.

4. Jangan menerima ketidaksesuaian (non conformance) dari proses sebelumnya.

Kita perlu memahami bahwa setiap orang berperan 3 macam, yaitu sebagai :
1. Customer (Pelanggan dari proses sebelumnya)

2. Production process

3. Supplier (Pemasok kepada proses berikutnya)

Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu system perkembangan di Amerika Serikat. Buah pikiran mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari mereka merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia. Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu secara garis besar dapat dikemukakan berikut ini.

1. F.W. Taylor (1856-1915)

Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The Father of Scientific Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu sebagai berikut.

  • Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari
  • Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya.
  • Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
    Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss).
  • Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.

2. Shewart (1891-1967)

Seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama periode 1920-1930. Dalam bukunya The Economic Control of Quality Manufactured Products, diperoleh suatu kontribusi yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana.Sampling dan probabilitas digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak. Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, yaitu kedua sarjana ahli dalam bidang statistik.
3. Edward Deming
Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D. pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya “Quality is not determined on theshop floor but in the executive suite”. Pada 1950 beliau diundang oleh “The Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah tentang mutu. Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut.

  • Quality is primarily the result of senior management actions and not the results of actions taken by workers.
  • The system of work that determines how work is performed and only managers cancreate system.
  • Only manager can allocate resources, provide training to workers, select the equipment and tools that worekers use, and provide the plant and environment necessary to achieve quality.
  • Only senior managers determine the market in which the firm will participate and what product or service will be solved.

Hal ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak mungkin tercapai manajemen mutu terpadu.
4. Prof. Juran
Ia mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk mempraktikkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu “management process” yang terpadu. Juran mendemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang dikenal dengan trilogy Juran, yaitu finance planning, financial control, financial improvement.

Adapun perincian trilogi itu sebagai berikut.

  • Quality planning, yaitu suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan enyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan.
  • Quality control, yaitu suatu proses di mana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki.
  • Quality improvement, yaitu suatu proses di mana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu, dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya. Uraian tokoh-tokoh mutu di atas sekadar menggambarkan secara singkat saja. Masih banyak sarjana di bidang mutu yang tidak sempat ditulis pada kesempatan ini. Yang jelas para sarjana tersebut sependapat bahwa konsep “pentingnya perbaikan mutu secara terus-menerus bagi setiap produk walaupun teknik yang diajarkan berbedabeda”.

Kini sampailah pada pengertian mutu yang diambil dari “America Society for Quality Control” yang mengatakan Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisty stated of implied needs (Kotler : 1994). Definisi di atas berkonotasi kepada pelanggan. Produk bermutu kalau dapat memuaskan para pelanggan yang mengkonsumsi produk tersebut

Delapan Dimensi Mutu
Dalam hal kualitas dianggap layak, maka diperlukan suatu produk untuk dapat memenuhi dimensi-dimensi berikut ini.

  1. Performa: seberapa cocok produk itu digunakan sesuai dengan fungsi pemenuhan kebutuhannya
  2. Features: konten dari produk yang membedakannya dari produk lain
  3. Reliabilitas: seberapa lama produk itu dapat bertahan dari kerusakan
  4. Conformance: sejauh mana produk dapat dikembangkan oleh konsumen itu sendiri.
  5. Durabilitas: seberapa lama produk dapat digunakan sampai benar benar tidak dapat dipakai lagi
  6. Serviceability, speed, cost, ease to repair: ada tidaknya servis center dan seberapa banyak biaya yang dikeluarkan konsumen untuk itu.
  7. Esthetic: nilai keindahan dari produk, termasuk dalam definisi ini adalah tampilan fisik produk
  8. Percieved quality: kesan yang membekas dari produk pada pemikiran konsumen

Quality diartikan sebagai sebuah informasi yang dibutuhkan oleh costumer dan disampaikan secara cepat, benar dan akurat. Costumer dari Binusmaya adalah Dosen dan Mahasiswa

Sistem yang berjalan dan masalah yang dihadapi

Informasi kegiatan perkuliahan seperti bahan kuliah jadwal kuliah, jadwal ujian, nomor kursi ujian dan nilai ujian sangatlah penting bagi mahasiswa untuk menunjang keberhasilan Mahasiswa dalam menempuh proses belajar mengajar mahasiswa.

Kebutuhan informasi yang diharapkan dan dibutuhkan oleh Mahasiswa adalah cepat dan tepat juga akurat.

Bahan kuliah, jadwal kuliah, nilai ujian, jadwal ujian dan nomor kursi ujian yang disampaikan secara manual dan masih tidak berarturan membuat Mahasiswa sering tidak mengetahui dan ketinggalan informasi jadwal jadwal perkuliahannya.

Sulitnya komunikasi dengan Dosen dan Mahasiswa yang tergabung dalam kelas tersebut juga menghambat proses belajar mengajar dari Mahasiswa.

Mahasiswa harus datang dan melihat pengumuman yang dikeluarkan oleh Universitas Bina Nusantara dan berkomunikasi, berdiskusi dengan Dosen dan Mahasiswa secara tatap muka langsung.

DIkarenakan penyampaian informasi mengenai kegiatan kegiatan perkuilahan yang diperlukan sangat tidak beraturan maka untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan  seperti penempatan pengumuman yang tidak tepat, human error maka dibuatlah BINUSMAYA

Biaya yang harus dikeluarkan oleh Universitas Bina Nusantara sebelum adanya BINUSMAYA dan data yang diambil data lima tahunan

Total Biaya untuk pembelian kertas dalam mencetak Jadwal Kuliah (per tahun)

Tahun

Jumlah

Mhs Aktif

Jumlah paper yang diperlukan

Harga

Total

Total dalam setahun

2003

23822

24 box

135.000

3..240.000

6.480.000

2004

22411

23 box

135.000

3..105.000

6.210.000

2005

21045

22 box

135.000

2.841.075

5.682.150

2006

20422

21 box

135.000

2.835.000

5.670.000

2007

20256

21 box

135.000

2.835.000

5.670.000

2008

21162

22 box

135.000

2.841.075

5.682.150

Total Biaya untuk pembelian kertas dalam mencetak Jadwal Ujian ( UTS dan UAS )

Tahun

Jumlah

Mhs Aktif

Jumlah paper yang diperlukan

Harga

Total

Total dalam setahun

2003

23822

24 box

135.000

3..240.000

12.960.000

2004

22411

23 box

135.000

3..105.000

12.420.000

2005

21045

22 box

135.000

2.841.075

11.364.300

2006

20422

21 box

135.000

2.835.000

11.340.000

2007

20256

21 box

135.000

2.835.000

11.340.000

2008

21162

22 box

135.000

2.841.075

11.364.300

Total Biaya Jadwal Kuliah dan Total Biaya Jadwal Ujian dalam setahun

ahun

Total Biaya

Jadwal Kuliah

Total Biaya

Jadwal Ujian

Total Biaya dalam setahun

2003

6.480.000

12.960.000

19.440.000

2004

6.210.000

12.420.000

18.630.000

2005

5.682.150

11.364.300

17.046.450

2006

5.670.000

11.340.000

17.010.000

2007

5.670.000

11.340.000

17.045.450

2008

5.682.150

11.364.300

17.046.450

Gambar ~ 1 Total Biaya Jadwal Kuliah dan Total Biaya Jadwal Ujian

Setiap tahunnya Universitas Bina Nusantara harus mengeluarkan biaya sebesar + sebilan belas juta rupiah untuk mencetak jadwal kuliah setahun dua kali yaitu periode Ganjil dan periode Genap  dan ujian setahun empat kali yaitu Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester Periode Ganjil dan Periode Genap, jadwal kuliah untuk periode Genap dan periode Ganjil.

Jadwal kuliah ini dicetak dan dibagikan untuk Mahasiswa setiap dua minggu diawal perkuliahan dalam satu semester dan setiap dua minggu sebelum waktu ujian mahasiswa dibagikan jadwal ujian.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Konsepsi Balanced Scorecard

Kemunculan gagasan balanced scorecard berawal dari temuan riset Kaplan dan Norton (dari Harvard Business School) pada awal tahun 1990an. Konsep awal balanced scorecard berdasarkan riset tersebut ditulis pada tahun 1992 di majalah prestisius Harvard Business Review. Pada tahun 1996 Norton dan Kaplan menerbitkan buku The Balanced Scorecard – Translating Strategy into Action, berdasarkan pengalaman mereka dalam menerapkan balanced scorecard pada banyak perusahaan di Amerika. Buku ini semakin mempopulerkan balanced scorecard, sampai ke negara-negara di Eropa, Australia dan Asia. Belum lama ini mereka menerbitkan buku The Strategy Focused Organisation – How BSC Companies Thrive in the New Business Environment (2001). Para penemu dan rekan-rekannya membangun sebuah lembaga Balanced Scorecard Collaboration untuk mempopulerkan penggunaan balanced scorecard pada berbagai institusi di berbagai negara. Secara teratur Norton dan Kaplan menyelenggarakan konferensi di berbagai negara untuk memperkenalkan dan membahas konsep-konsep terbaru mereka. Disayangkan Indonesia sampai saat ini belum mampu menghadirkan pencetus ide balanced scorecard ini, namun kursus-kursus dan buku-buku mengenai balanced scorecard sudah ada, walau masih bersifat terbatas.

Balanced scorecard secara singkat adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola implementasi strategi, mengukur kinerja secara utuh, mengkomunikasikan visi, strategi dan sasaran kepada stakeholders. Kata balanced dalam balanced scorecard merujuk pada konsep keseimbangan antara berbagai perspektif, jangka waktu (pendek dan panjang), lingkup perhatian (intern dan ekstern). Kata scorecard mengacu pada rencana kinerja organisasi dan bagian-bagiannya serta ukurannya secara kuantitatif.

Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam beberapa cara:

ü  menjelaskan visi organisasi

ü  menyelaraskan organisasi untuk mencapai visi itu

ü  mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya

ü  meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi yang tepat untuk mengarahkan perubahan

Selanjutnya dalam menerapkan balanced scorecard, Robert Kaplan dan David Norton, mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama berikut:

(1)         menerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balanced scorecard ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang dapat memahami

(2)         menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dengan strategi itu. Ini untuk memberikan arah dari eksekutif kepada staf garis depan

(3)         membuat strategi merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui kontribusi setiap orang dalam implementasi strategis

(4)         membuat strategi suatu proses terus menerus melalui pembelajaran dan adaptasi organisasi dan

(5)         melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif guna memobilisasi perubahan.

Penggunaan Balanced Scorecard

Balanced scorecard digunakan dalam hampir keseluruhan proses penyusunan rencana. Tahapan penyusunan rencana pada dasarnya meliputi enam kegiatan berikut: perumusan strategi, perencanaan strategis, penyusunan program, penyusunan anggaran, implementasi dan pemantauan.

1.          Perumusan Strategi

Tahap ini ditujukan untuk menghasilkan misi, visi, keyakinan dan nilai dasar, dan tujuan institusi. Proses perumusan strategi dilakukan secara bertahap, yaitu: analisis eksternal, analisis internal, penentuan jati diri, dan perumusan strategi itu sendiri.

Analisis Eksternal dan Internal

ANALISIS EKSTERNAL terdiri dari analisis lingkungan makro dan mikro. Analisis lingkungan makro bertujuan mengidentifiksasi peluang dan ancaman makro yang berdampak terhadap value yang dihasilkan organisasi kepada pelanggan. Obyek pengamatan dalam analisis ini adalah antara lain: kekuatan politik dan hukum, kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan sosial, faktor demografi.

Analisis eksternal mikro diterapkan pada lingkungan yang lebih dekat dengan institusi yang bersangkutan. Dalam dunia perusahaan, lingkungan tersebut adalah industri di mana suatu perusahaan termasuk di dalamnya. Analisis yang dilakukan dapat menggunakan teori Porter mengenai persaingan, yaitu: kekuatan tawar pemasok, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar pembeli, ancaman produk atau jasa pengganti.

ANALISIS INTERNAL ditujukan untuk merumuskan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan suatu perusahaan antara lain: kompetensi yang unik, sumberdaya keuangan yang memadai, keterampilan yang unggul, citra yang baik, keunggulan biaya, kemampuan inovasi tinggi, dll. Sedangkan kelemahan perusahaan antara lain: tidak ada arah strategi yang jelas, posisi persaingan yang kurang baik, fasilitas yang ‘usang’, kesenjangan kemampuan manajerial, lini produk yang sempit, citra yang kurang baik, dll.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Deskripsi proyek

Bank business process improvement

Peningkatan:

–          Teller difungsikan sebagai petugas marketing

–          Peningkatan sistem pelayanan bagi customer

Komponen kunci:

Branch manager, teller, IT department, auditor, stakeholder, senior executive

Objective teknis:

Peningkatan sistem transaksi perbankan

Objective SDM:

Petugas teller, pelayanannya meningkat ke petugas marketing

Kendala yang mungkin:

Budaya kerja

Alasan utama proyek dilaksanakan :

Peningkatan market share

Sponsor proyek:

Senior leader

Penjelasan tentang pentingnya proyek bagi sponsor:

Mempertahankan customer dan market share

Penjelasan tentang pentingnya perubahan bagi organisasi:

Terdapat tugas yang mengharuskan perubahan budaya kerja untuk suksesnya pencapaian objective proyek

Target kunci:

Branch manager, teller

Deskripsi harapan sponsor tentang resistensi:

Major resistensi

Daftar cara membantu target memahami perubahan:

Sosialisasi

Training

Tanggung jawab change:

Memberikan penjelasan

Mengelola resistensi menjadi support

Teller

Persaingan yang menajam

Peningkatan kemampuan staff atau melauanio customer

Kegagalan dalam perubahan ini dapat berakibat hilangnya pasar yang selanjutnya akan berdampak pada karyawan

Branch manager

Memberikan tantangan baru

Kewenangan yang sebagian akan didelegasikan ke teller, memungkinkan BM menerima job baru yang lebih menantang

Kenapa:

Harus ada perubahan

Perubahan seperti ini

Dilakukan sekarang

Menyangkut berbagai unit organisasi

Apa:

Perubahan ini

Yang akan terpengaruh

Yang harus disiapkan

Jadinya kalau sudah berhasil

Elemen dalam landscape survey

Sifat perubahan

Control

Dampak/impact

Proses perubahan

Pain

Desire state

Remedy

Architecture

Proses dalam perubahan

Initiating sponsor

Sustaining sponsor

Kapabilitas agent

Komitmen

Kultur dalam perubahan

Konsistensi kultur

Sejarah perubahan

Resistensi

Willingness

Ability

Synergy

Tujuan bersama

Interdependensi

Empowerness

Synergy skill

Assignment / TUGAS MANDIRI

–          Parameter proyek, visi

–          Compelling story

–          Menyiapkan announcement ke target yang berbeda

–          Announcement: kapan, cara, oleh siapa

–          Role map

Contoh aktivitas yang terlibat dalam MOC yang sukses yang disebabkan oleh implementasi proses bisnis baru

create vision understand strategic vision create compelling change story, make vision comprehensive and operational
define change strategy access readiness change, select best configuration, establish change covernance lead change program, develop leadership capability
develop leadership create leadership resolve communicate manage resistance
build comitment build team transfer knowledge skill
manage people performance manage stakeholders establish need implement performance, implement people practice
deliver business benefit build business case sustain benefit
develop culture understand current culture implement culture change
design organiszation understand current organization implement organization change
Posted in Uncategorized | Leave a comment

Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin tajam sekarang ini mendorong perusahaan untuk lebih fokus pada penciptaan produk dan jasa yang terkait langsung dengan bisnis utamanya. Efisiensi biaya dalam berbagai komponen pengeluaran keuangan perusahaan merupakan salah satu cara untuk dapat memenangkan persaingan. Kecenderungan yang terjadi adalah bahwa pengeluaran untuk pembiayaaan SDM perusahaan memakan porsi yang cukup besar dalam anggaran keungan perusahaan. Salah satu solusi untuk menghemat pengeluaran ini adalah dengan menggunakan sistem outsourcing.Salah satu solusi untuk menghemat pengeluaran ini adalah dengan menggunakan sistem outsourcing.
Implementasi outsourcing dapat diterapkan mulai dari hal-hal yang sederhana seperti pengelolaan cleaning service sampai pada level yang rumit yaitu pengelolaan perusahaan. Outsourcing harus dipandang secara jangka panjang, karena perusahaan pasti akan mengeluarkan dana lebih sebagai management fee perusahaan outsourcing, memikirkan mengenai pengembangan karir karyawan, efisiensi dalam bidang tenaga kerja, organisasi, benefit dan lainnya.

Mengapa Outsourcing

  • Meningkatkan fokus perusahaan.
  • Memanfaatkan kemampuan kelas dunia.
  • Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari proses re-engineering.
  • Membagi resiko.
  • Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain
  • Memungkinkan tersedianya dana kapital
  • Menciptakan dana segar.
  • Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi.
  • Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri.
  • Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau diolah.

Pengertian Outsourcing

Usaha untuk mengontrakkan suatu kegiatan pada pihak luar untuk memperoleh layanan pekerjaan yang diinginkan.

The transfer to a third party of the continuous management responsibility for the provision of a service governed by a level agreement

(Shreeveport Management Consultancy)

Potensi keuntungan dari outsourcing adalah memperoleh kesempatan mengatur organisasi yang lebih fleksibel untuk melakukan core activity-nya.

Secara umum outsourcing diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyelia jasa. Dimana badan penyelia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta criteria yang telah disepakati. Outsourcing hadir karena adanya keinginan dari perusahaan (perusahaan pengguna / pemesan – user/principal) untuk menyerahkan sebagian kegiatan perusahaan kepada pihak lain (perusahaan outsourcing) agar ia dapat berkonsentrasi penuh pada proses bisnis perusahaan (core business) Biar lebih kompetitif tujuannya.
Karena itu, pekerjaan yang di-outsourcing-kan bukanlah pekerjaan yang berhubungan langsung dengan inti bisnis perusahaan, melainkan pekerjaan penunjang (staff level ke bawah), meski terkadang ada juga posisi manajerial yang di-outsourcing-kan, namun tetap saja hanya untuk pekerjaan dalam tenggat waktu tertentu seperti proyek.

Dengan ‘membagi tugas’ kepada perusahaan lain itu, perusahaan pengguna outsourcing merasa mendapatkan keuntungan dari ‘kerjasama’ tersebut, karena ia tidak perlu pusing-pusing memikirkan dan mengurus pekerjaan-pekerjaan penunjang sehingga bisa fokus dalam bisnis operasional perusahaan
Faktor Penentu Keberhasilan Outsourcing

  • Memahami maksud dan tujuan perusahaan.
  • Memiliki visi dan perencanaan strategis.
  • Memilih secara tepat service provider atau pemberi jasa.
  • Melakukan pengawasan dan pengelolaan terus menerus terhadap hubungan antarperusahaan dan pemberi jasa.
  • Memiliki kontrak yang cukup tersusun dgn baik
  • Memelihara komunikasi yang baik dan terbuka dengan individu atau kelompok terkait.
  • Mendapatkan dukungan dan keikutsertaan manajemen
  • Memberikan perhatian secara berhati-hati pada persoalan yg menyangkut karyawan

Tujuan Outsourcing

Risiko Outsourcing

Mempercepat keuntungan reenginering Keuntungan tidak diperoleh secara cepat, tidak diperoleh dalam jumlah yang cukup signifikan
Mendapatkan akses pada kemampuan kelas dunia Akses tidak diperoleh karena pemberi jasa tidak menunjukkan kinerja perusahaan kelas dunia
Memperoleh suntikan kas Suntikan kas ternyata seret atau tidak diperoleh sama sekali karena perusahaan pemberi jasa mengalami kesulitan keuangan
Membebaskan sumber daya untuk kepentingan lain Sumber daya mungkin harus ditransfer ke atau diperlukan oleh perusahaan pemberi jasa, shg tetap kekurangan sumber daya
Membebaskan diri dari fungsi yang sulit dikelola atau dikendalikan Perusahaan mungkin tidak dapat bebas seluruhnya dari kesulitan yang sebetulnya ingin dihindari
Memperbaiki fokus perusahaan Karena berbagai tujuan yg ingin dicapai, tidak sepenuhnya didapat, maka fokus core business mgk tidak tercapai
Memperoleh dana kapital Karena perusahaan pemberi jasa mengalami kesulitan keuangan, maka mungkin tambahan dana tidak ada
Mengurangi biaya operasi Biaya sesudah outsourcing mungkin tidak berkurang, tetapi tetap atau bahkan bertambah.
Mengurangi resiko usaha Karena berbagai tujuan yg ingin dicapai tidak sepenuhnya diperoleh, mungkin risiko usaha tetap saja besar
Memperoleh sumber daya yg tidak dimiliki di dalam perusahaan Karena perusahaan pemberi jasa juga tidak memiliki sumber daya yang diperlukan, maka tujuan ini tidak tercapai

Jenis-jenis Outsourcing

  • Contracting

Merupakan bentuk penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga yang paling sederhana dan merupakan bentuk yang paling lama. Langkah ini adalah langkah berjangka pendek, hanya mempunyai arti taktis dan bukan merupakan bagian dari strategi (besar) perusahaan tetapi hanya untuk mencari cara yang praktis saja.

  • Outsourcing

Penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja pekerjaan yang profesional dan berkelas dunia. Diperlukan pihak pemberi jasa yang menspesialisasikan dirinya pada jenis pekerjaan atau aktivitas yang akan diserahkan.

  • In Sourcing

Kebalikan dari outsourcing, dengan menerima pekerjaan dari perusahaan lain. Motivasi utamanya adalah dengan menjaga tingkat produktivitas dan penggunaan aset secara maksimal agar biaya satuannya dapat ditekan dimana hal ini akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian kompetensi utamanya tidak hanya digunakan sendiri tetapi juga dapat digunakan oleh perusahaan lain yang akan meningkatkan keuntungan.

  • Co-Sourcing

Jenis hubungan pekerjaan dan aktivitas dimana hubungan antara perusahaan dan rekanan lebih erat dari sekedar hubungan outsourcing. Contohnya adalah dengan memperbantukan tenaga ahli pada perusahaan pemberi jasa untuk saling mendukung kegiatan masing-masing perusahaan.

Resiko dan Alasan dari Outsourcing

Alasan utama Outsourcing :

  • Meningkatkan focus bisnis karena telah melimpahkan sebagian operasionalnya kepada pihak lain
  • Membagi resiko operasional Outsourcing membuat resiko operasional perusahaan bisa terbagi kepada pihak lain
  • Sumber daya perusahaan yang ada bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lainnya
  • Mengurangi biaya karena dana yang sebelumnya digunakan untuk investasi bisa difungsikan sebagai biaya operasional
  • Memperkerjakan sumber daya manusia yang berkompeten karena tenaga kerja yang disediakan oleh perusahaan outsourcing adalah tenaga yang sudah terlatih dan kompeten dibidangnya
  • Mekanisme control menjadi lebih baik.

Resiko yang Mungkin Timbul dari Outsourcing :

  • Produktivitas justru menurun jika perusahaan outsourcing yang dipilih tidak kompeten
  • Wrong man on the wrong place jika proses seleksi, training dan penempatan tidak dilakukan secara cermat oleh perusahaan outsourcing
  • Terkena kewajiban ketenagakerjaan jika perjanjian kerjasama dengan perusahaan outsourcing tidak diatur dengan tegas dan jelas diawal kerja sama
  • Regulasi yang belum kondusif akan membuat penentuan core dan non core juga belum jelas
  • Pemilihan perusahaan jasa outsourcing yang salah bisa berakibat beralihnya status hubungan kerja dari perusahaan pemberi jasa pekerja ke perusahaan penerima jasa pekerja

Menurut Volker Mahnke, Mikkel Lucas Overby & Jan Vang (2003) dalam makalahnya di DRUID Summer Conference 2003 menyatakan bahwa tiga pokok utama outsourcing TI untuk memperbaiki SI yaitu meningkatkan kinerja bisnis, menghasilkan pendapatan baru dan yang dapat membantu perusahaan untuk menilai outsourcing. Untuk mencapai tujuan strategis perusahaan dengan pertimbangan mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi sumber daya TI dengan memperbaiki SI yang sesuai dengan bidang bisnis, akan tetapi tujuan eksplorasi komersial tentang aplikasi, operasi, infrastruktur dan mengetahui bagaimana memperkenalkan ke pasar berdasarkan produk dan layanan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut tercetus tentang insentif klien dan vendor outsourcing untuk sharing resiko dan rewards yang didapat berdasarkan tipe kontrak, hak putusan, pengukuran kinerja. Senior manajer memerlukan pedoman untuk merencanakan transformasi pengelolahan SI berdasarkan proses system standard dengan sistem core bisnis dengan platform teknologi yang global dan juga memikirkan transfer kepemilikan dan tanggung jawab aset TI dari pelanggan ke vendor outsourcing yang merupakan kritikal untuk sukses. Dari semua yang dilakukan perlu adanya evaluasi Outsourcing TI dan hubungan struktural, sebagai seorang manajer SI dan bisnis akan selalu ingat kebutuhan untuk kesuksesan, konsisten, kompentensi, kompatibilitas dan kelanjutan dari asset TI organisasi.

Menurut IT Governance Institute (2005) memberikan aturan baku untuk outsourcing yang memiliki tahapan outsourcing life cycle sebagai berikut :

©       Kesesuaian penanda tanganan kontrak dan penanda tanganan proses yang diselesaikan.

©       Persetujuan Service Level Agreement (SLA)

©       Proses Opersional yang dikembangkan

©       Transisi tahapan layanan dan waktu pembayaran

©       Tim operasional, artikulasi yang jelas hubungan dan interface

©       Transisi dan Transformasi rencana penyelesaian

©       Undang-undang sukses, bonus dan penalti

©       Konsensus dalam menentukan tanggung jawab

©       Penilaian kelanjutan kinerja dan gaya supplier outsource

Transition

  1. Transisi staf
  2. Kunci Pengetahuan dan keahlian yang dipertahankan atau diperoleh
  3. Melaksanakan pengelolahan layanan untuk menyelesaikan
  4. Layanan yang dideliver ke SLA/OLA baru
  5. Kerangka kerja untuk memonitor dampak
  6. Program perbaikan berkelanjutan
  7. Tinjauan dan perbaikan prosedur

Transformation

  1. Aturan aktivitas yang digabungkan
  2. Menyelenggarakan layanan, mengoperasikan dan melaporkan
  3. Benchmarking yang dibangun
  4. Biaya Proyek diukur berdasarkan implementasi
  5. Manfaat yang dikelola
  6. Asset sejalan dengan kebutuhan
  7. Perubahan dan Manajemen Lingkungan yang sukses

Quick Wins dan Steady State

  1. Kontrak yang kadaluwarsa
  2. Benchmarking untuk menunjukan kurang kompetitif
  3. Pelanggaran atas kontrak
  4. Hubungan pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan (The IT Governance Institute,2005)

Menurut Hazael Taylor (2005) menyatakan bahwa outsourcing pada proyek multinasional IT menjadi lebih umum dalam mengelola resiko proyek untuk menghindari gagalnya proyek dengan mencatat resiko yang spesisifk dan membedakan dari pesaing maupun vendor outsourcing yang tidak kompenten, ini dapat ditentukan dengan mengenali faktor-faktor resiko yang dapat diidentifikasikan atau dikelompokan, yaitu :

Manajemen Resiko Proyek (Risk Management Project)

  1. Resiko Teknologi
  2. Resiko hubungan kerja
  3. Negosiasi vendor dengan internal
  4. Moral dari tim Vendor
  5. Kepercayaan klien
  6. Budaya organisasi klien

Resiko lokasi (Location Risk)

  1. Kantor pusat vendor terletak di seberang lautan
  2. Tidak ada pihak ketiga setempat yang bermain

Resiko lingkungan komersial (Commercial Environment Risks)

  1. Reputasi dari vendor
  2. Kompetisi dari vendor
  3. Resiko legalitas dan kredibilitas (Legal and Credit Risk)
  4. Kontrak kerja (Contract Term and Conditions) (Hazael Taylor,2005)

ada beberapa kesamaan pengaruh IT Outsourcing dalam organisasi yaitu :

  • Memperbaiki strategis organisasi SI
  • Mencegah resiko yang timbul
  • Organisasi dapat tetap fokus pada core businessnya, sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif
  • Bakuan standard untuk melakukan Outsourcing yang dijabarkan dengan beberapa metodologi
  • Selain itu yang membedakan pengaruh outsourcing TI organisasi adalah budaya organisasi, political, sumber daya dan struktur organisasi.

Tahapan Outsourcing

Dari penjabaran diatas, bahwa era informasi yang mendukung keunggulan kompetitif kebutuhan organisasi akan outsourcing menjadi penting, kesamaan dari argumen dari dampak outsourcing pengendalian resiko dan proses seleksi provider atau peng-outsource baik dari sisi internal maupun sisi eksternal yang dipengaruhi oleh empat frame organisasi yaitu struktural, sumber daya manusia, politikal, dan simbolik untuk tercapainya objektivitas organisasi. Secara umum proses outsourcing dapat dilakukan dengan planning, outsourcing, seleksi strategi, cost analysis, seleksi vendor outsourcing, negosiasi, transisi resource dan hubungan manajemen. Cost analysis dalam kerangka outsourcing merupakan, aktivitas pendataan main cost dari aktivitas yang di outsource kan sebelum dan sesudah, dan evaluasi dampak business value dengan mempertimbangkan :

  1. Pengelompokkan biaya yang berpengaruh/signifikan, gunakan hukum pareto (80/20), aktivitas biaya-biaya yang akan dioutsource dicatat dan dimonitor.
  2. Sebelum melakukan outsourcing perhitungkan biaya biaya yang telah dikelompokkan, apakah nantinya memiliki keuntungan.
  3. Setelah Outsource, hitung ulang seperti langkah 2 dan analisa dampak setelah outsource.
  4. Gunakan cost-benefit analysis untuk mendapatkan hasil dari outsourcing apakah berdampak negatif atau posifit untuk perusahaan.

Adapun tahapan dalam outsourcing life cyle yang menurut IT Governance dalam Governance of Outsourcing (2005) , organisasi untuk mengadopsi best practice, outsourcing life cycle harus mengerti operasional dan strategikl sebagai dukungan control tiap tahan life cycle. Tujuan lebih luas dengan menerapkan model life cycle, organisasi akan lebih baik mengelola, mengurus, mengalokasikan sumber daya secara efektif lintas area selanjutnya. Dengan mempertimbangkan :

  1. Memastikan bawah outsourcing adalah sesuai yang mungkin dapat diterima dengan pemahaman bisnis organisasi dan operasi strategi (baik rancangan strategis maupun rancangan taktikal).
  2. Menentukan tipe outsourcing dan hubungannya dengan kebutuhan konsumsi jasa, sedangkan ini adalah terpisah, konsisten dan mempunyai karakteristik yang sederhana, hubungan berdasarkan pasar (market-based).
  3. Membangun proses aturan outsourcing dan kerangka sebelum kontrak ditandatangani. Ini menyediakan acuan untuk aturan dan menunjang semua bagian untuk melihat tujuan kontrak, harapan, peranan, tangung jawab inisiatif aturan (responsibilities of the governance initiative).
  4. Lakukan penelitian. Organisasi harus melakukan penelitian pada organisasinya sendiri (untuk memahami, mengukur, dan memenuhi persyaratan kebutuhan outsourcing) dan memilih provider/peng-outsource yang potensial dapat melakukannya.
  5. Lakukan negosiasi ulang kontrak untuk jangka waktu tertentu untuk memastikan harapan dan rencana apakah telah tercapai, bila perlu mendapatkan alternatif dengan calon provider lain.

Benefit Outsourcing

Perusahaan peng-outsource pekerjaan itu dapat lebih berkonsentrasi pada inti bisnis yang dijalankan, sehingga berpeluang menjadi lebih kompetitif. Keputusan suatu perusahaan untuk melakukan outsourcing, dewasa ini, tak selalu dikarenakan ketidakmampuan melakukannya sendiri. Pertimbangan biaya memang selalu dijadikan alasan, termasuk aturan ketenaga kerjaan tetapi nilai strategisnya juga tak kurang menjadi perhatian yang sangat penting. Dengan penyerahan pekerjaan ke pihak lain, yang tentu lebih profesional dalam melakukannya, diharapkan akan diperoleh suatu dukungan yang lebih baik. Sementara, perusahaan peng- outsource pekerjaan itu dapat lebih berkonsentrasi pada inti bisnis yang dijalankan, sehingga berpeluang menjadi lebih kompetitif. Begitu pula, outsourcing TI kini telah menjadi salah satu solusi bagi perusahaan besar, meski tak tertutup kemungkinan dilakukan oleh perusahaan kecil. Karena, secara prinsip, outsourcing merupakan penyerahan suatu pekerjaan kepada pihak ketiga, di luar perusahaan sendiri, dengan persyaratan dan pembayaran tertentu dan, biasanya, untuk jangka waktu tertentu pula. Tak jarang, outsourcing yang dijalin dengan baik, berubah menjadi suatu bentuk kemitraan strategis jangka panjang yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Namun, dalam mengikat bentuk kerjasama outsourcing itu, perusahaan peng-outsource perlu secara sungguh-sungguh memilih pekerjaan apa saja yang layak dan perlu di outsource , berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk itu, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan bagaimana kompetensi pelaksananya. Bagaimana keuntungannya bagi perusahaan, baik dilihat dari segi nilai kompetitif bisnis, pengembangan kompetensi, peningkatan produktivitas SDM dan daya saing perusahaan. Benefit yang didapat dari outsourcing dapat berupa tangible (seperti keseimbangan biaya outsourcing yang dikeluarkan) dan intangible (tingkat pelayanan yang diberikan secara professional). Tak heran bila kebutuhan terhadap jasa outsource ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Alasan utama dari perusahan peng-outsource menurut IT Governance Institute dalam Governance of Outsourcing (2004) adalah :

  1. Kurangnya keahlian teknikal internal
  2. Mengurangi Biaya/Cost
  3. Kesesuaian bisnis / Business alignment
  4. Inflexible first pass contract governace processes

Selfsourcing

User yang sekaligus sebagai Pengembang Infrastruktur Teknologi Informasi

Kondisi yang berlawanan terjadi ketika sebuah perusahaan atau organisasi bisnis memiliki keterbatasan dalam budget yang dianggarkan untuk pengembangan infrastruktur teknologi informasi tersebut, sebuah pertanyaan mudah dengan jawaban yang sulit seringkali dilontarkan: mengapa tidak mengembangkan sendiri ?

Selfsourcing atau user (sebagai calon pemakai teknologi) berperan menjadi pengembang teknologi informasi yang diinginkan oleh perusahaan tersebut. Dalam kontek kemandirian, mereka sendiri yang nantinya memakai namun sebelumnya mereka sendiri yang harus mengembangkan infrastruktur teknologi informasi tersebut. Keterbatasan budget mungkin bukan satu-satunya alasan mengapa suatu perusahaan memilih selfsourcing dalam mengembangkan infrastruktur perusahaannya, alasan lain yang mendukung langkah ini adalah: faktor keamanan, faktor kecepatan implementasi, maupun faktor kebijakan manajemen perusahaan yang lebih cenderung untuk meningkatkan kompetensi pegawai perusahaan tersebut.

Selfsourcing dalam pengembangan sistem berbasis teknologi informasi tidak berbeda dengan jauh bila tanggung jawab pengembangan dilakukan secara outsourcing atau turn key project sekalipun. Tahapan standar pengembangan, dapat mengacu pada berbagai standar yang menjadi rujukan bagi perusahaan tersebut.

Siklus pengembangan sistem teknologi informasi secara selfsourcing diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus pengembangan sistem teknologi informasi secara selfsourcing

Secara generik tahapan pengembangan infrastruktur teknologi informasi seharusnya mengakomodir tahapan-tahapan berikut ini :

§ Menentukan cakupan proyek (scoping)

Tahapan scoping dijalankan untuk menemukenali permasalahan yang terjadi di dalam unit kerja atau suatu perusahaan. Obyektif dan tujuan serta requirement teknis disusun setelah permasalah ditemukan disertai membandingkan kondisi eksisting dengan kondisi ideal yang diidamkan. Sebuah project plan yang memuat rincian kondisi ideal yang diinginkan, desain arsitektur sistem, prakiraan alokasi waktu pengembangan, besaran dana yang disediakan bagi kegiatan pengembangan tersebut, serta dukungan internal maupun eksternal yang diperlukan – diharapkan dapat dituangkan ke dalam suatu dokumen yang disepakati bersama antara manajemen perusahaan dan user yang dalam kontek ini sekaligus bertindak sebagai pengembang infrastruktur.

Dokumen kesepakatan cakupan pengembangan inilah yang selanjutnya menjadi rujukan dalam kegiatan pengembangan, dokumen ini sering disebut dengan Vision Scope Document

Peran manajemen perusahaan memiliki andil terbesar di dalam penentuan cakupan proyek yang akan dijalankan, hal ini terkait dengan otorisasi manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan penggunaan sumber daya perusahaan, penentuan visi dan misi perusahaan serta bertanggung jawab dalam penggunaan anggaran perusahaan.

§ Melakukan analisis

Kesepakatan cakupan proyek selanjut dijabarkan dalam suatu kegiatan analisis kondisi eksisting, penentuan kondisi ideal yang disertakan dalam penyusunan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam implementasi selanjutnya. Gap kondisi eksisting dan kondisi ideal tersebut yang nantinya akan dieliminasi melalui pengembangan sistem yang sedang direncanakan tersebut.

Kemampuan sistem yang akan dibangun, didefinisikan pada tahapan ini. Skenario pengembangan disusun dengan mempertimbangkan sasaran yang akan dicapai serta tak lupa mempertimbangkan besaran mandays serta budget yang akan di alokasikan untuk merampungkan proyek pengembangan sistem yang diinginkan.

Kadangkala proses bisnis eksisting dianalisis ulang untuk memastikan bahwa sistem yang akan dikembangkan relevan dan mengakomodir kebutuhan internal perusahaan serta jauh dari kontra produktif dengan logical flow operasional perusahaan yang selama ini sudah mapan.

Metode selfsourcing lebih mengedepankan kemandirian dalam pengembangan infrastruktur teknologi informasi, dalam hal ini selfsourcing menuntut user (yang sekaligus juga pengembang ini) untuk lebih peka dan cerdik melakukan analisa terhadap kebutuhan, deliverable serta pentahapan yang akan diraihnya.

Obyektif dari pelaksanaan analisis ini antara lain :

– Menemukan permasalahan teknis dan non teknis yang harus dipecahkan melalui pengembangan sistem informasi ini

– Mendefinisikan skala kebutuhan dan kapabilitas pemanfaatan teknologi untuk memenuhi kebutuhan bisnis di lingkungan user tersebut

– Mereka-reka kondisi ideal yang ingin dicapai dengan adanya sistem informasi yang akan dibangun ini

– Mendefinisikan nilai tambah dengan adanya kegiatan pembangunan sistem informasi dimaksud

Kegiatan analisis juga dilakukan atas resiko yang mungkin akan muncul di dalam penyelesaian proyek tersebut serta pasca implementasinya (operasional). Risk analysis mencakup berbagai hal teknis maupun non teknis yang diperlukan di dalam pengerjaan proyek pengembangan sistem teknologi informasi yang dimaksud. Dengan pendefinisian resiko di awal proyek, diharapkan akan meningkatkan derajat kehati-hatian pelaksana proyek sekaligus menjadi quality control bagi pengawas proyek dalam melakukan penilaian terhadap pelaksanaan proyek.

§ Melakukan desain sistem

Dalam metodologi selfsourcing, user adalah pemilik ide pengembangan, user pulalah yang mendefinisikan rencana kebutuhan dari sistem teknologi informasi yang diinginkannya. Detil dari sasaran pengembangan yang akan dilakukan diwujudkan dalam bentuk detil desain sistem yang nantinya akan dibangun. Artikulasi rencana kebutuhan dan kemampuan sistem perlu di detilkan menjadi desain teknis sistem yang secara rinci dan seksama memuat keseluruhan fitur dan layanan yang akan dibangun. Walaupun selfsourcing mengutamakan peran user sebagai calon pemakai sekaligus pengembang sistem, namun dalam realisasinya tanggung jawab ganda tersebut sangat sulit dilaksanakan tanpa melibatkan pihak lain dalam menyusun dokumen desain sistem yang diinginkan. Pada gilirannya, user masih membutuhkan keterlibatan seorang system analyst , database administrator, network administrator maupun konsultan manajemen untuk menyusun dokumen detail desain bagi sistem tersebut. Metodologi selfsourcing mendorong user untuk dapat berperan lebih dominan dengan tidak menegasikan peran pihak lain dalam pengembangan suatu proyek (hal ini bertolak belakang dengan metode outsourcing).

Dokumen detail desain yang dimaksud disini diharapkan sudah memuat berbagai hal berikut ini:

– Arsitektur dan data flow dari sistem yang akan dikembangkan (dapat berupa Data Flow Diagram, Flow chart, pseudo code, Logical design dan lain-lain)

– Desain database yang dipakai didalam sistem tersebut

– Desain interface (misalnya: desain tampilan halaman login, halaman depan sistem, layout help filenya, menu list, visualisasi riil sistem yang akan dibangun, dan lain-lain).

Feature list dan interoperability satu module/ sub module yang membangun sistem tersebut

Deployment scenario yang berisi scenario integrasi antar module/sub module , sistem yang baru dikembangkan dengan sistem eksisting, hingga tata cara menginstalasi sistem tersebut pada lingkungan kerja yang sama sekali baru.

Dokumen desain infrastruktur teknologi informasi yang dihasilkan hendaklah memiliki karakteristik sebagai berikut:

Technological independence

Dengan tidak menggantungkan pada suatu platform teknologi, sebuah solusi relatif lebih mudah untuk direalisasikan, dan pada beberapa kondisi desain sistem dengan karakteristik technological independence ini relatif lebih murah untuk diimplementasikan serta lebih realistik untuk mulai diimplementasikan.

Reduced complexity

Proses menemukenali permasalahan teknis dan non teknis telah dilakukan pada tahapan analisis, kegiatan desain diharapkan mampu menguraikan simpul ketidakjelasan di dalam sistem teknologi yang akan dibangun. Dokumen desain menjadi penjelas bagi pengembang sistem untuk mengembangkan fitur dan kemampuan sistem yang akhirnya dapat menjadi solusi bagi kebutuhan user.

Focus on structure

Kegiatan desain yang dilakukan hendaknya dimulai dari proses pendefinisian kemampuan bagian terkecil dari suatu sistem hingga bagian sistem secara utuh (misalnya:per thread (sub proses), proses, modul, sub sistem hingga sistem).

Kegiatan desain juga diharapkan mampu memberi gambaran yang detil mengenai sistem kerja masing-masing bagian sistem tersebut dan inteoperabilitas dengan bagian-bagian lain untuk membentuk kinerja sistem secara utuh.

Selfsourcing tidak mengesampingkan metode Prototyping didalam kegiatan desain yang sedang dilakukan. Dalam beberapa kasus pengembangan, Prototyping bahkan menjadi syarat mutlak sebelum sistem yang diinginkan (final system) diimplementasikan pada intranet perusahaan tersebut atau dioperasikan secara live. Prototyping dalam kegiatan desain sistem dapat dilakukan mengembangkan miniature sistem pada closed network tersendiri (misalnya: di dalam laboratorium), atau melalui proses kalkulasi empiris dengan mengujicobakan berbagai variable masukan pada beberapa parameter sistem dari perangkat simulasi berupa software.

Prototyping bagimanapun bentuknya dipercaya akan mampu memberikan gambaran yang mendekati riil dari sistem yang akan dikembangkan, dan bukan tidak mungkin melalui kegiatan Prototyping seperti dimaksud akan meningkatkan experience dari user yang dalam hal ini bertindak sekaligus sebagai pengembang sistem. Contoh riil dari kondisi ini adalah memberi gambaran bagi pengembang sistem, bahwa prakiraan logical flow yang dikembangkannya memiliki kekurangan maupun kelebihan, sekaligus membuktikan bahwa prakiraan kebutuhan perangkat lunak maupun perangkat keras sudah mampu menghasilkan performansi sistem seperti yang diharapkan.

§ Melakukan implementasi

Realisasi pelaksanaan proyek dilakukan pada tahapan implementasi. Hasil akhir dari tahapan implementasi adalah final system (atau sering disebut dengan completed system) yang secara harafiah adalah berupa sistem teknologi informasi dengan kemampuan lengkap dengan cacat produksi yang telah diminimasi. Dalam beberapa referensi metodologi pengembangan perangkat lunak membatasi tahapan implementasi dengan memasukan proses pengkodean (programming), pengujian (testing) dan instalasi menjadi bagian dari tahapan ini. Beberapa referensi lain menambahkan proses edukasi (user education) dan publikasi (promoting) turut menjadi bagian dari tahapan ini. Apapun batasannya, namun penulis lebih menganut suatu pemahaman bahwa tahapan implementasi memiliki keterkaitan keseluruhan proses yang disebutkan di atas, dan hasil batasan akhir dari tahapan implementasi adalah keluaran proyek yang benar-benar siap untuk dioperasikan. Dan kembali kepada topik tulisan ini mengenai selfsourcing, sebuah pertanyaan singkat terlintas: masih perlukan proses edukasi dan publikasi dijalankan – dan jawabannya adalah ya, karena bagaimanapun juga sosialisasi sistem kepada khalayak pengguna menjadi perlu dilakukan, hal ini terkait dengan pembiasaan user atas sistem teknologi informasi yang baru dikembangkan.

Keluaran dari tahapan implementasi dituntut untuk menjadi sebuah sistem yang mature dengan memiliki derajat flexibility, interoperability dan performance yang tinggi. Bagaiman membuktikan bahwa sistem teknologi informasi yang dikembangkan telah memenuhi kriteria tersebut? Salah satu cara adalah dengan : memakainya !

Pada lingkungan perusahaan yang menuntut akurasi sistem secara prima (misalnya: perbankan, rumah sakit, perusahaan telekomunikas, dan instansi pengolahan data) , proses pembuktian kesiapan sistem menjadi lebih komplek dan mempertimbangkan lebih banyak aspek sebelum akhirnya sistem tersebut dinyatakan benar-benar siap untuk dioperasikan.

Keterlibatan pihak lain untuk pembuktian derajat flexibility, interoperability dan performance dalam beberapa kasus pengembangan sistem menjadi sangat diperlukan. Beberapa expert dibidang tersebut biasanya menguasai hal-hal teknis spesifik yang dipersyaratkan dalam melakukan pengujian atas ketiga aspek di atas. Dan sudah menjadi kompetensi mereka pula untuk mampu menyediakan solusi teknis atas hambatan dan kendala yang ditemui oleh pengembang sistem.

Bila diperlukan, pengembang sistem yang dalam hal ini juga menjadi calon pengguna sistem dimaksud dituntut untuk lebih terbuka kepada rekanan yang ditunjuk dalam melakukan pengujian atas ketiga aspek di atas. Parallel process dengan tetap menjalankan proses eksisting parallel dengan menjalankan sistem yang baru selama tengat waktu tertentu – diharapkan dapat memberi bukti otentik sejauh mana ketiga aspek: flexibility, interoperability dan performance dapat diwujudkan. Dan satu hal yang terpenting dengan metodologi selfsourcing ini, tingkat kepekaan user dalam menemukan kelemahan sistem yang dikembangkan “sedikit” berkurang – hal ini tak lain dan tak bukan karena logika berfikir user tersebut sama dengan pengembang sistem.

§ Menjalankan fungsi support

Sistem teknologi informasi yang diinginkan telah “terpasang”, apakah semuanya sudah selesai? Infrastruktur teknologi informasi membutuhkan kegiatan pemeliharaan dan pengawasan yang telaten dan akurat. Learning system kira-kira begitu sebutannya untuk mendeskripsikan sebuah sistem yang senantiasa tumbuh berkembang seiring dengan pemanfaatannya dalam kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Bukan tidak mungkin dengan makin seringnya infrastruktur sistem informasi tersebut dipergunakan, maka tuntutan user pada sistem tersebut juga berubah (atau meningkat). Fungsi support diperlukan dalam pengoperasian sistem yang baru dikembangkan, hal tersebut untuk mengatasi kebutuhan teknis maupun non teknis antara lain seperti: bug finding, help desk, administering, security dan audit, patching, maupun upgrade.

Walaupun dikembangkan dengan menganut metodologi selfsourcing,namun penunjukan person yang bertindak sebagai help desk dan berperan dalam memberikan technical assistance masih tetap diperlukan.

Sisi Positif Selfsourcing

Sisi positif selfsourcing dapat dipahami dengan melihat berbagai aspek yang mempengaruhi tahapan pengembangan dari kegiatan menentukan cakupan proyek hingga menjalankan fungsi support.

§ Requirement dapat dipahami secara jelas

Selfsourcing mengedepankan peran user dalam menentukan obyektif dan sasaran pengembangan infrastruktur sistem informasi. Knowledge dan expertise yang terdapat di dalam benak user menjadi lebih mudah diartikulasikan ke dalam tahapan-tahapan pengembangan. Celah-celah kekurangan dari sistem teknologi informasi yang diinginkan dapat lebih diminimasi dengan asumsi bahwa user yang sekaligus pengembang sistem sangat memahami seluk beluk permasalahan yang dialaminya selama ini. User yang terdiri atas kelompok pekerja masing-masing memiliki ekspektasi yang nyaris sama atas sistem yang akan dibangun, variasi keinginan dari masing-masing user seringkali memperkaya khasanah sistem yang akan dikembangan dan kondisi ini lebih mendorong munculnya sebuah sistem yang rock solid dan aplikatif. Dengan ekspektasi yang relatif sama, sekelompok user diharapkan dapat melakukan fungsi kontrol atas sistem teknologi informasi yang telah dikembangkan dengan membandingkan antara hasil dan ekspektasi yang ada di dalam benaknya.

§ Meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki pada infrastruktur yang dikembangkan

Sistem teknologi informasi yang dibangun dari permasalah mendasar pada akar rumput (grass root) cenderung akan menjadi sebuah sistem yang langgeng dan aplikatif. Selain memberi kebanggaan tersendiri bagi user sekaligus pengembang sistem dimaksud, sang pengguna biasanya lebih “care” dan lebih “toleran” terhadap performansi dari sistem tersebut. Munculnya rasa memiliki di kalangan user, meningkatkan derajat apresiasi dan kewaspadaan didalam pemeliharaan dan pengoperasian sistem teknologi informasi yang dimaksud.

§ Relatif mempercepat tahapan pengembangan

Dengan mekanisme selfsourcing terjadi reduksi waktu yang diperlukan untuk mendisposisikan tanggung jawab pengembangan ke pihak lain. Reduksi waktu dan effort dapat dirasakan dari tahapan pendefinisian cakupan proyek hingga tahapan akhir siklus pengembangan teknologi secara selfsourcing. Dalam beberapa kasus pengembangan dimana user telah memahami metodologi pentahapan (versioning) dari pengembangan sebuah sistem, siklus pengembangan dapat dirancang lebih singkat dengan melakukan pentahapan (pengembangan versi sistem) di dalam penambahan kemampuan dari sistem yang dibangun.

§ Cost cutting

Bila sistem teknologi informasi dikembangkan sendiri secara selfsourcing, apakah masih diperlukan adanya biaya ? Biaya pengembangan masih tetap diperlukan, namun budget yang sedianya dialoasikan untuk “mandays” tenaga pengembang, dalam selfsourcing budget ini dapat dimanfaatkan untuk pos anggaran lainnya. Dapat dibayangkan reduksi yang dapat dilakukan bila sebuah proyek pengembangan dilakukan secara outsourcing atau turnkey project, apalagi pada proyek dengan skala besar.

Keunggulan Insourcing. Ada beberapa keunggulan yang terpadu pada barang atau jasa. Pertama, tingkat kontrol yang diharapkan pembeli untuk menilai transfer teknologi harus menjadi pertimbangan. Keterpaduan iap langkah yang diproteksi dari penggunaan yang tidak terautorisasi, kemudian keterpaduan tersebut menjadi pilihan untuk memilih outsourcing. Fasilitas yang digunakan menjadi scope efisiensi perusahaan.

Kelemahan Insourcing. Kelemahan insourcing dihubungkan dengan tingkat kebutuhan investasi yang dibutuhkan ketika keputusan insourcing dibuat. Kelemahan lain yang sering terjadi adalah ketika perusahaan mencoba untuk mengubah atau mengambil alternatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar atau permintaan pasar. Kecocokan permintaan terhadap kebutuhan berbagai bagian dari rantai suplai (supply chain) sangat berbelit-belit pada proses insourcingoses internal tidak dengan mudah mencapai kesesuaian.

Kesimpulan

Kesuksesan keunggulan kompetitif suatu organisasi dengan menerapan IT Outsourcing, berdasarkan pertimbangan penerapan praktek-praktek outsourcing yang baik dapat menggunakan outsourcing life cycle kegiatan outsourcing dipengaruhi juga oleh triangle constraint (scope, cost dan time), komponen infrastruktur (people, process, technology) dan empat frame organisasi, untuk mencegah potensial resiko, sehingga organisasi dapat fokus terhadap core businessnya.

Daftar Pustaka

IT Governance Domain Practices and Competencies; Governance of Outsourcing, The IT Governance Institute; 2005.

http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=ind&n=213

http://lpks1.wima.ac.id/pphks/accurate/makalah/MOSS9.pdf

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Sel Imperial

Sel Imperial adalah sebuah perusahaan importir dan distributor terbesar yang bergerak di bidang  crash repair di UK.

Konsep perusahaan ini adalah menyediakan pelayanan berupa reparasi parts yang diarahkan kepada perdagangan mobil di UK. Selain itu Sel Imperial ingin menjadi satu-satunya importir paling besar, pembelian langsung dari pabrikan berkualitas sepanjang Eropa dan negara-negara timur, serta melakukan pengiriman langsung ke customer. Sel Imperial mampu untuk bertahan pada harga yang cenderung kompetitif,  dan memberikan pemeliharaan pada level yang tinggi untuk produk dan jasa.

Kantor pusat Sel Imperial di Doncaster, yang menggunakan depot satelit di Hamilton, Leigh, Tamworth, Thetford, Swansea, Bristol, Wellingborough, Exeter, Basildon, Carisle dan Basingstoke, memiliki satu armada yang berisikan 50 kendaraan dan teknologi yang mutakhir yang  memungkinkan kita untuk mengirim barang setiap harinya hari di hampir 95% daratan UK.

Sel imperial pada masa lalu memiliki lebih dari £5 juta saham berharga pada  harga eceran, dengan jumlah lebih dari 10000 items. Sel Imperial dapat mengirimkan lebih dari 2000 items kepada 700 customer setiap harinya.

Sistem bisnis manajemen Sel Imperial sudah mendapat sertifikasi ISO9001:2000 yang sudah terjamin. Dengan adanya pengimplementasian satu sistem yang menjamin manajemen mutu tsb, kita dapat memastikan bahwa kita menumbuhkan efisiensi dan focus terhadap pelanggan.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Latar Belakang

Era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi lingkungan bisnis. Hal yang pertama mempercepat terjadinya liberalisasi perdagangan dan investasi dan yang kedua menyebabkan dunia tanpa batas sehingga informasi dapat diakses dengan mudah dan serentak. Akibat hal tersebut, persaingan terjadi di mana mana dan berlangsung sangat cepat dan keras. Lingkungan bisnis berubah dengan cepat dan bersifat turbelen dan komptetitif. Organisasi Perusahaan yang tidak merespon perubahan lingkungan akan mengalami kerugian yaitu kalah bersaing dipasar. Maka dari itu Manajemen Strategi sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan dan

Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.

Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direktur dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.

  • Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
  • Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.

Konsep Manajemen Strategi

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu.

Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.

Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.

Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, “Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan”.

Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.

Kata “strategi” adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos. Adapun stratēgos dapat diterjemahkan sebagai ‘komandan militer’ pada jaman demokrasi Athena.

Konsep Dasar

Di era globalisasi berdampak pada hampir semua keputusan strategis. Misalnya Internet telah mengubah hakikat pembelian dan penjualan di hampir semua industri, serta telah mengubah secara mendasar perekonomian dan bisnis setiap industri di seluruh dunia. E-Commerce telah menjadi suatu alat manajemen strategis penting sudah merasuk kedesa-desa. Lingkungan hidup telah menjadi suatu isu strategis yang penting sudah merambah kedesa-desa yang masih perawan.

Manajemen Strategis adalah tentang bagaimana mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Dengan definisinya sebagai Ilmu pengetahuan dan seni perumusan dalam menerapkan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan suatu Organisasi untuk mencapai tujuannya telah menimbulkan Istilah ” Manajemen Strategis” yang bersinonim dengan ” Perencanaan Strategis” namun Manajemen strategis: lebih sering digunakan didalam dunia akademis, sedangkan perencanaan strategis lebih sering digunakan didalam dunia bisnis.

Manajemen strategis mengacu pada : perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Sedangkan perencanaan strategis mengacu pada:perumusan strategi

Secara bertahap Manajemen Strategik dikembangkan dalam (a) Tahap I Perumusan strategi meliputi Visi dan Misi, Peluang dan Tantangan, Kekuatan dan Kelemahan, Saaran Jangka Panjang, Strategi Alternatif, Pemilihan Strategi (b) Tahap II Implementasi strategi meliputi Sasaran Tahunan, Kebijakan, Motivasi Karyawan, Alokasi Sumber Daya (c) Tahap III Evaluasi strategi meliputi Peninjauan Internal dan Eksternal, Mengukur Kinerja, Tindakan Perbaikan

Analisa Kompetensi

Ada istilah yang memegang peranan dalam Manajemen Strategis dimana Perencana strategi adalah Istilah Kunci dalam Manajemen Strategis. Perencana ini menciptakan Pernyataan visi, Pernyataan misi, Peluang dan Ancaman Eksternal, Kelemahan dan Kekuatan internal, Tujuan jangka panjang, Strategi, Sasaran Tahunan dan Kebijakan. Perencana strategi :ini pada umumnya pada manajemen tingkat tinggi  dimana berkompeten dalam membantu Organisasi mengumpulkan, meneliti, dan mengorganisir informasi, melacakkecenderungan industri yang kompetitif, mengembangkan model peramalan serta mengevaluasi kinerja divisi.

Selanjutnya perencana strategi ini berkompeten dalam membuat Pernyataan Visi yang merupakan jawaban atas pertanyaan : ” Kita ingin menjadi apa?”. Ini adalah langkah pertama didalam perencanaan strategis yang seringkali dirumuskan sebagai kalimat tunggal. Contoh yang umik ” Visi kita adalah merawat visi anda.” (Stokes Eye Clinic, Florence, South Carolina)

Perencana strategi berkompeten dalam Organisasi tentang Peluang dan Ancaman Eksternal : yang skalanya di luar kendali dari suatu Organisasi. Contohnya adalah Ekonomi Sosial Budaya Demografis Lingkungan Politis Bidang pemerintahan Teknologi Kecenderungan peristiwa dan kompetisi .

Perencana strategi berkompeten dalam Kekuatan dan Kelemahan Internal : Umumnya berupa aktivitas yang dapat diawasi dan dilakukan dengan baik atau kurang baik sehubungan dengan pesaing. Berdasarkan analisa aktivitas fungsional didalam UKM didapati kegiatan pokok yaitu Manajemen, Pemasaran, Keuangan/Akuntansi, Produksi/Operasi, Riset dan pengembangan, Sistim informasi komputer. Organisasi UKM bekerja keras untuk mengejar strategi yang berperan besar dalam menghimpun kekuatan dan memperbaiki kelemahan

Perencana strategi berkompeten dalam Tujuan Jangka Panjang berupa hasil yang dicapai didalam mengejar misi Organisasi UKM itu.Karena batasan waktunya adalah lebih dari satu tahun maka yang dikelola adalah : Arah Kebijakan Umum, Bantuan didalam evaluasi,Menciptakan sinergi, Menyingkap prioritas, Memusatkan koordinasi serta menyediakan basis untuk manajemen yang efektif.

Tentu saja perencana strategi berkompeten dalam Strategi itu sendiri yang merupakan tindakan potensial yang memerlukan keputusan manajemen puncak dan sejumlah yang besar sumber daya UKM. Dimana mekanisme tujuan jangka panjang direalisir sebagai perluasan geografis, penganeka ragaman, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan, divestiture, likwidasi, serta usaha patungan

Perencana strategi berkompeten dalam penetapan Sasaran Tahunan : yang merupakan patokan jangka pendek yang diperlukan untuk mencapai Tujuan jangka panjang yang merupakan basis alokasi sumber daya dan dijabarkan pada UKM dan bagian, serta tingkat fungsional. Hal ini dinyatakan dalam bentuk pemenuhan dari kegiatan pokok yaitu Manajemen, Pemasaran, Keuangan/Akuntansi, Produksi/Operasi, Riset dan pengembangan, Sistim informasi komputer. Organisasi UKMbekerja keras untuk mengejar strategi yang berperan besar dalam menghimpun kekuatan dan memperbaiki kelemahan tiap tahun.

Perencana strategi berkompeten dalam penetapan Kebijakan, hal inipenting didalam pelaksanaan strategi dalam arti Sasaran Tahunan yang akan dicapai antara lain memandu ke pengambilan keputusan dan mengarahkan situasi yan berulang. Dimapankan pada tingkat UKM, bagian atau tingkat fungsional serta mengijinkan konsistensi & koordinasi didalam dan antar departemen dalam Organisasi UKM.

Kontribusi terhadap Ketahanan Ekonomi Desa

Keuntungan Menyeluruh dari Manajemen Strategis secara Proaktif maupun Reaktif mengawali dan mempengaruhi aktivitas dan membantu membentuk masa depan UKM. Keuntungan Utamanya dalah Merumuskan strategi lebih baik secara sistematis, logis, dan pendekatan masuk akal dimana komunikasi adalah kunci sukses manajemen strategis

Kontribusi berupa Keuntungan Finansial sehingga Desa lebih sukses dan menguntungkan berupa peningkatan penjualan, profitabilitas, dan produktivitas. Didapati UKM berkinerja Tinggi dengan perencanaan sistematis menghadapi fluktuasi lingkungan internal dan eksternal

Kontribusi Keuntungan Nonfinansial ekonomi desa : adalah dapat meningkatkan kesadaran dari ancaman eksternal. Pemahaman terhadap strategi pesaing. Produktivitas karyawan yang ditingkatkan, mengurangi perlawanan untuk berubah, hubungan kinerja-penghargaan yang bersih, patuh dan disiplin kepada UKM serta perubahan pandangan sebagai kesempatan.

Mengapa sebagian UKM tidak melakukan perencanaan strategis ?. Hal ini dikarenakan : struktur penghargaan yang lemah, kegiatan yang insidental tidak tahan lama, pemborosan waktu yang terlalu mahal dalam keengganan dan kurang mengerti kesuksesan karena takut gagal dalam kepercayaan berlebih atas akibat pengalaman tidak baik ( contoh : krisis, inflasi, fluktuasi dolar, kenaikan BBM , dll)    . Terlau besarnya kepentingan diri karena ketakutan terhadap yang tak dikenal serta kecurigaan.

Perangkap sehingga terjadi penghindaran dari Perencanaan strategis antara lain penggunaan hak untuk memperoleh kendali diatas keputusan & sumber daya, bekerja hanya untuk mencukupi kebutuhan aturan, bergerak tergesa-gesa dari misi ke perumusan strategi, Kurang komunikasi ke karyawan, Keputusan intuitif yang bertentangan dengan rencana formal, Manajemen puncak tidak mendukung proses, Kurang menggunakan ukuran standard dalam kinerja, Mendelegasikan ke ” perencana” vs keterlibatan para manajer, Kekurangan untuk melibatkan personil kunci, Kekurangan untuk menciptakan lingkungan kolaboratif, Serat Formalitas yang kaku terhadap fleksibilitas dan kreativitas

Etika Bisnis & Perencanaan Strategis merupakan Pedoman Manajemen Strategi yang efektif yang memandu pengambilan keputusan dan perilaku. Etika bisnis yang baik adalah suatu prasyarat untuk baiknya manajemen strategis. Etika yang baik adalah hanya bisnis yang baik. Perencana strategi yang bertanggung jawab untuk prinsip dengan etis tinggi karena semua proses strategis mempunyai percabangan etis. Kode etik formal diterapkan pada banyak bisnis. Keamanan pribadi pada Internet muncul sebagai isu etis dari proporsi yang tak terukur

Tindakan bisnis tidak pantas yang selalu dilakukan meliputi Iklan yang menyesatkan , Label yang menyesatkan, Kejahatan lingkungan, Layanan keselamatan produk yang buruk, Rekening tagihan yang berlapis, Orang dalam yang berdagang, Pembuangan produk cacat ke pasar asing

Hakikat Persaiangan Antar Daerah : Bila UKM sudah sedemikian besarnya dengan melakukan bisnis keluar perbatasan , terjadi UKM antar wilayah antar daerah, UKM induk. Daerah yang menjadi penyelenggara mengalami implementasi strategi lebih sulit karena perbedaan budaya serta Norma-Norma, nilai-nilai, etika kerja antar daerah yang berbeda.

Keuntungan Operasi Antar Daerah adalah dapat Menyerap kapasitas yang berlebih. Mengurangi biaya per unit. Fasilitas produksi yang rendah. Biaya tenaga kerja yang lebih rendah. Intensitas kompetisi lebih sedikit. Tarif yang dikurangi, pajak yang lebih rendah maupun subsidi bila ada. Iklim Politik yang baik. Skala Ekonomi

Kerugian Operasi Antar Daerah adalah Kesulitan komunikasi antar cabang dan induk. Berdasarkan kekuatan politis, sosial, bahasa, demografis, dan kekuatan kompetitif serta fanatisme putra daerah. Basis pesaing luar daerah bisa jadi taksiran kekuatan terlalu rendah atau taksiran kelemahan terlalu tinggi

Meta Keywords :

Sasaran Tahunan Etika Bisnis Kode etik E-Commerce Pemberdayaan Lingkungan Peluang eksternal Ancaman Proses Manajemen Strategik Strategi Perencana Evaluasi Perumusan Kekuatan internal Kelemahan Intuisi Tujuan jangka panjang Pernyataan misi Kebijakan Model Visi Negara penyelenggara UKM anatardaerah Perencanaan antarwilayah

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Definisi

Service Oriented Architecture (SOA) adalah suatu pendekatan arsitektur system yang merepresentasikan proses bisnis menjadi bentuk service yang lebih efisien dan tingkat ketergantungan yang lebih rendah satu sama lain.

Service Oriented Archicteture (SOA) adalah suatu cara perancangan aplikasi dengan menggunakan komponen komponen atau pelayanan yang sudah ada dengan kata lain suatu aplikasi dibangun secara modular.

Yang membuat SOA berbeda adalah komponen atau service dibangun dan berinteraksi satu sama lainsecara bebas dan lepas (loose coupled).

Dengan loose coupled sebuah service dapat dipanggil oleh program atau service lainnya tanpa program pemanggil.berada

MSDN menyatakan SOA sebagai

The policies, practices, frameworks that enable application functionality to be provided and consumed as sets of services published at a granularity relevant to the service consumer. Services can be invoked, published and discovered, and are abstracted away from the implementation using a single, standards-based form of interface. (CBDI)

IBM menyatakan SOA sebagai

Service Oriented Architecture (SOA) is a business-centric IT architectural approach that supports integrating your business as linked, repeatable business tasks, or services. With the Smart SOA approach, you can find value at every stage of the SOA continuum, from departmental projects to enterprise-wide initiatives.

Wikipedia.org menyatakan SOA sebagai

service-oriented architecture (SOA) as a group of services that communicate with each other. The process of communication involves either simple data-passing or two or more services coordinating some activity. Intercommunication implies the need for some means of connecting two or more services to each other.

Dari berbagai definisi diatas kita bisa melihat bahwa ada suatu penekanan tertentu atas service. Disini bisa kita tarik kesimpulan bahwa service akan menjadi kunci dari SOA. Semua perusahaan dan Organisasi pemerintah pada dasarnya memberikan servis contohnya :

ü  Bank tabungan, kartu kredit, box penyimpanan pinjaman

ü  Asuransi, asuransi mobil, rumah, keshatan, kecelakaan

ü  Kepolisian penegakan hokum, pendidikan masyarakat

Servis dapat berupa :

ü  Lewat manusia ( Teller pada.bank )

ü  Selt service (mesin ATM)

ü  Antar  system (transaksi antar bank)

Dari definisi di atas, maka sebuah servis yang diciptakan dengan prinsip SOA dan didukung oleh sistem TI harus mendukung secara langsung servis yang diberikan perusahaan kepada customer, client, partner, masyarakat dan organisasi lain.
Awal tahun 2000-an, ketika teknologi Web Services mulai diperkenalkan, perkembangan SOA sebagai metode pengembangan infrastruktur TI mulai berkembang. Ini dimungkinkan karena Web Services merupakan teknologi yang mampu memfasilitasi pengiriman pesan antarlayanan tanpa terikat platform tertentu.
Spesifikasi awal SOA ini disebut Simple Object Access Protocol (SOAP).

Pencetusnya adalah Microsoft, dengan nama produknya BizTalk. Spesifikasi SOAP sekarang dikelola oleh W3C, badan yang mengembangkan HTML dan HTTP. W3C merupakan lembaga yang bertanggung jawab terhadap teknologi yang mendukung Internet.

Ke depan, diprediksi, SOA akan menjadi standar teknologi baru dan siap mengganti teknologi yang ada sebelumnya.6 Lembaga riset Gartner memproyeksikan, pada 2010 SOA digunakan di lebih dari 80% aplikasi operasional baru yang penting dan juga dalam proses bisnis.

Sementara itu, IDC memperkirakan pada 2010, belanja perusahaan untuk mengadopsi

SOA ini akan mencapai US$ 33,8 miliar.

Pada dasarnya, SOA adalah arsitektur teknologi informasi yang menitikberatkan pada layanan (services), dimana komponen-komponen peranti lunak dapat digunakan kembali (reused) dan dipadukan kembali (recombined) dengan fleksibel.
Di lingkungan arsitektur peranti lunak berbasis SOA, yang memanfaatkan berbagai mekanisme standar seperti misalnya eXtensible Markup Language (XML), komponen-komponen peranti lunak itu tampil di jaringan menawarkan services, yang kemudian dimanfaatkan aplikasi-aplikasi lainnya. Alhasil, bagi departemen TI, cara ini lebih produktif.

Kini mereka bisa dengan mudah mengubah atau membangun services baru tanpa harus  membongkar berbagai jenis aplikasi satu per satu. Filosofi desain peranti SOA memaksa perusahaan untuk membuat reusable service, ketimbang membuat satu aplikasi utuh. Aspek reuse atau penggunaan kembali di dalam SOA ini berdampak pada penghematan biaya, karena para pengembang peranti lunak bisa meminimalkan kode-kode software yang berlebihan, selain waktu pengembangan software juga lebih cepat. Hal ini berarti pula perusahaan bisa lebih siap merespon perubahan kebutuhan

Life Cycle dari Service Oriented Architecture (SOA)

IBM menyatakan, ada 4 tahap besar dalam life-cycle SOA. Ke empat tahap ini pun dapat diperinci lagi sebagai berikut :

Plan
Fokus pada kebutuhan perusahaan dan tentukan area-area yang membutuhkan perubahan. Tahapan rinci dalam Plan :
• Committing to a strategy for SOA within the overall IT strategy
• Explicitly determining the level of IT and SOA capabilities
• Articulating and refining the vision and strategy for SOA
• Reviewing current governance capabilities and arrangements
• Developing a governance plan

Define
• Establishing or refining a SOA Center of Excellence (COE)
• Defining additional capabilities required, such as upgrades to the IT infrastructure
• Agreeing on policies for service reuse across lines of business
• Putting funding mechanisms in place to encourage this reuse
• Establishing mechanisms to guarantee service levels

Enable
• Deploying new and enhanced governance arrangements such as: Tracking the decision making processes; Enabling the policy infrastructure; and Providing the monitoring tools
• Deploying technology to discover and manage assets
• Communicating and educating expected behaviors and practices within both the business and IT decision-making communities
• Enabling the policy infrastructure

Measure
• Monitoring compliance with policies and governance arrangements, such as service level agreements (SLAs), reuse levels, and change policies
• Analyzing IT effectiveness metrics

Service Oriented Archicteture mempunyai business benefit

Kecepatan

Dalam SOA proses bisnis dipecah dan disederhanakan dalam bentuk service yang lebih kecil. Ketergantungan yang ada antar service harus diminimalisir. Sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu proses bisnis cukup service yang berkaitan saja yang mengalami perubahan. Tidak perlu seluruh sistem. Dengan begini system dapat merespon perubahan dengan cepat

Real time responsive

Dalam service service tersimpan business rules dan batasan batasan dalam bisnis dan service service ini disimpan dan dikelola dalam sebuah server aplikasi yang disebut ESB. Sehingga berbagai jenis aplikasi dapat mengakses business rules tersebut. Apabila terjadi suatu perubahan terhadap business rules, ESB akan mengelolanya secara otomatis sehingga business rules yang baru akan berlaku saat itu juga.

Penghematan

Meskipun pada awalnya implementasi SOA membutuhkan biaya yang besar, dengan implementasi SOA memungkinan pengembangan sistem yang terpusat. Sehingga ada banyak resource yang bisa dikurangi. Dengan demikian akan mengurangi biaya juga.

Servise Oriented Archicteture mempunyai Technical benefit

Channel independent

Bisnis berkaitan dengan banyak pihak, Baik pelanggan maupun supplier. Berbagai pihak yang behubungan dengan orakhirganisasi tentu saja memungkinkan adanya berbagai jenis aplikasi yang berbeda-beda. Dengan adanya service dan ESB, memungkinkan untuk berbagai aplikasi tersebut untuk mengakses business rules yang telah kita definisikan. Sehingga pihak-pihak yang berkaitan dengan organisasi tidak tergantung lagi terhadap suatu aplikasi tertentu yang telah kita definisikan.

Waktu pengembangan yang lebih singkat

Dalam SOA, bisnis proses yang dipecah dalam bentuk service yang lebih kecil memungkinkan perubahan dan pengembangan pada service yang tertentu saja. Karena pengembangan dilakukan secara terfokus, waktu yang dibutuhkanpun menjadi lebih sedikit.

Mengurangi duplikasi

Service dalam SOA dikelola dalam server aplikasi yang disebut ESB. Karena service dikelola secara terpusat, hal ini akan mengurangi kemungkinan adanya duplikasi sistem. Selain itu, bentuk service yang memungkinkan reuseability juga mengurangi adanya fungsi yang sama yang ada didalam sebuah sistem.

Karakteristik dari SOA

  1. Service have platform independent, selt describing interfaces (XML)
  2. Messages are formally defined
  3. Service can be discovered
  4. Service have quality of service characteristics defined in policies
  5. Service can be provided on any platform

Hubungan antar Service (coupling)

  • Tingkat ketergantungan tinggi ( Tight Coupling)

Disatu sisi permorfa baik namun akan membuat kesulitan pada maintenance problems

  • Tingkat ketergantungan rendah (Loose Coupling)

Serrvice provider mendefinisikan dan mempublikasikan service mereka menggunakan bahasa yang standar. Interface mendefinisikan metode metode yang dapat diinvoke oleh service consumer

Pemicu utama implementasi SOA terletak dalam layanan yang kompetitif dan integrasi yang berkembang, baik di data maupun tingkatan aplikasi. Pengembangan layanan SOA yang disebutkan oleh para responden termasuk mengurangi waktu dan biaya dalam memberikan layanan, membuat layanan bisa dibagi di seluruh perusahaan dan lebih fleksibel serta bisa digunakan ulang.

Dalam analisis Springboard, IBM tetap memimpin vendor SOA di Asia, diikuti pemain SOA lainnya seperti Microsoft, BEA, HP, SAP, Tibco, dan Oracle.

Layanan

  • Sebuah komponen yang mampu melakukan sebuah tugas, sebuah lalyanan WSDL : sekumpulan dari titik titik akhir (W3c)
  • Sejenis kemampuan yang dideskripsikan menggunakan WSDL (CBDI)

Definisi Layanan

Sebuah kendaraan dimana kebuuthan atau keinginan pelanggan dipuaskan sesuai dengan kontrak yang disepakati (implisit atau eksplisit) yyang mencakup service Agreement, Function Offerend dan seterusnya.

Pemenuhan Layanan

Sebuah contoh dari sebuah eksekusi kemampuan

Web Service

  • Sebuah system software yang dirancang untuk mendukung interaksi mesin ke mesin yang memudahkan operasi didalam sebuah jaringan. Ia memiliki sebuah antar muka yang dideskripsikan dalam sebuah format yang dapat diproses oleh mesin (WSDL specific). Sistem lainnya berinteraksi dengan Web service dengan cara yang ditentukan oleh penjelasannya dengan menggunakan pesan pesan SOAP, biasanya dengan menggunakan  HTTP dengan serialisasi XML bersama dengan standard lain yang terkait dengan Web (W3C)
  • Sebuah antarmuka yang dapat deprogram ke sebuah kemampuan  yang sesuai dengan protocol protocol WSnn (CBDI)

Banyak karakteristik SOA ini diilustrasikan didalam sebuah laporan CBDI terbaru yang membandingkan Web services yang dipublikkasikan oleh dua perusahaan dotcom sebagai altrenatif bagi akses berbasis browser mereka yang normal, yang memungkinkan pengguna yang menyertakan fungsionalitas yang ditawarkan ke dalam aplikasi aplikasi mereka sendiri.Dalam sebuah kasus sudah terbukti bahwa web services merupakan layanan bisnis yang penting sebagai contoh mengijinkan Pengguna layanan untuk melihat harga, membuat daftar atau menambahkan sebuah item ke tas belanja

Disisi lain layanan organisasi lainnya cukup berbeda, ia mengimplementasikan sebuah API yang bertujuan umum yang menyediakan akses Create, Read, UP date and Delete (CRUD) ke basis data mereka melalui web services. Sementara tak ada yang salah dengan implementasi yang satu ini dibutuhkan agar pengguna  memahami model dasar dan mentaati aturan aturan bisnis untuk memastikan bahwa integritas data dilindungi. WSDL tidak memberitahu apa apa kepada anda tentang bisnis atau entitasnya. Ini adalah sebuah contoh web service sebelum SOA.

SOA tidak hanya sebuah arsitektur layanan yang dilihat perspektif teknologi,namun kebijakan, teknik dan framework yang mana kita memastikan layanan yang tepat yang disediakan dan dikonsumsi.

Sebuah framework untuk memahami apa yang mendasari sebuah layanan yang baik. Prinsip dari Orientasi Layanan yang mengijinkan kita untuk menetapkan kebijakan pengukuran kinerja dll

Kita dapat melihat dua set yang jelas :

  • Prinsip yang terkait dengan antarmuka

Kemampuan untuk tidak bergantung pada teknologi, standarisasi dan kemapuan yang dapat digunakan

  • Prinsip perancangan

Ini lebih tentang mencapai layanan yang berkualitas, memenuhi kebutuhan sisnis yang nyata dan membuat layanan mudah digunakan dapat diadaptasi secara tidak terpisah dan mudah dikelola

Yang menarik  dari set kedua telah menunjukkan kebeberapa perluasan oleh organisasi yang telah mendirikan arsitektur arsitektur komponen yang matang.

Sementara komponen komponen berkualitas tinggi telah diciptakan mungkin untuk aplikasi aplikasi inti tertentu dimana ada sebuah kasus yang jelas untuk penggunaan kembali dan pembagian yang tersebar luas secara lebih umum sulit untuk membuat apa yang tlelah dirasakan dan biaya investasi dengan sebuah ROI jangka pendek.

Tabel 1. Memperlihatkan prinsip dari rancangan layanan yang baik yang dimungkinkan oleh karakteristik Web service ataupun SOA

Diaktifkan oleh

Web Service

Netral Teknologi Kebebasan platform titik akhir
Terstandard Protokol – protocol standard
Dapat digunakan Memungkinkan penemuan dan penggunaan otomatis
Diaktifkan oleh SOA Dapat digunakan kembali Kegunaan layanan tidak digunakan kembali dengan menyalin kode / implementasi
Diabstraksi Layanan diabstraksi dan diimplementasi
Dipublikasi Tepat fungsionalitas spesifikasi antarmuka layanan yang dipublikasi, bukan implementasi
Formal Kontrak formal antara kewajiban tempat titik akhir pada penyedia dan pengguna
Relevan Fungsionalitas yang ada pada sebuah granula ritas yang dikenali oleh pengguna sebagai sebuah layanan yang berarti.

Jika prinsip yang dirangkum dalam tabel 1 sesuai,kita mendapatkan beberapa keuntungan yang menarik :

Ada sinkronisasi yang nyata antara perspektif bisnis dan implementasi TI

Selama bertahun tahun, orang orang bisnis belum benar benar memahami arsitektur  TI  Dengan layanan yang dirancang dengan baik kami dapat meningkatkan komunikasi secara radikal dengan bisnis dan tentu saja bergerak diluar jajaran dan secara serius mempertimbangkan perbedaan proses bisnis dan TI.

Sebuah layanan yang dibentuk dengan baik memberi kita sebuah unit manajemen yang terkait dengan penggunaan bisnis

Pemisahan atas ketentuan layanan member kita dasar pemahaman atas biaya siklus hidup dari sebuah layanan dan bagaimana itu digunakan didalam bisnis

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Ada lima elemen sehingga konsep keberlanjutan menjadi penting, diantaranya adalah; (1) ketersediaan dana, (2) misi lingkungan (3) tanggung jawab sosial, (4) terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, corporate, dan pemerintah) (5) mempunyai nilai keuntungan. Menurut The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD) in fox, et al (2002), definisi CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan, adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Dan Trinidad and Tobacco Bureau of Standard (TTBS) menyimpulkan bahwa CSR terkait dengan nilai dan standar yang dilakukan berkenaan dengan beroperasinya sebuah corporate, maka CSR diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas (Sankat, Clement K, 2002).

definisi CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan, adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman hanya kepada perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik.

Tren global lainnya dalam pelaksanaan CSR di bidang pasar modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki FTSE4Good sejak 2001. Inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa saham di Asia, seperti di Hanseng

Posted in Uncategorized | Leave a comment